Jakarta, Beritasatu.com - Pemprov DKI Jakarta berencana menambah jalur sepeda hingga 500 kilometer (km) dari sekarang 63 km. Namun, masih banyak pesepeda menilai yang lebih dibutuhkan di Jakarta adalah rambu penunjuk arah yang lebih efisien buat pesepeda menuju jurusan tertentu.
Pesepeda dari Kompas Gramedia Cyclist (KGC), M Agung Pribadi, mengatakan, jalanan di Jakarta sudah sangat padat kendaraan.
"Memaksakan lajur sepeda yang jadi satu dengan jalan raya kadang hanya menciptakan konflik atau gesekan di lapangan. Lebih baik Dishub DKI Jakarta menambah rambu penunjuk arah bagi pesepeda untuk menuju titik tertentu secara lebih efisien. Juga mengalokasi anggaran untuk memberi insentif bagi warga yang gunakan sepeda sebagai alat transportasi. Bisa berupa aksesori atau safety item seperti helm, lampu, dan sebagainya," ujar Agung Pribadi kepada SP, Selasa (10/11).
Ia menyebutkan, rambu-rambu yang dibutuhkan, seperti rambu penunjuk arah atau jalan motong yang efisien buat sepeda, kemudian rambu lalin bagi pengendara kendaraan tentang adanya pesepeda, dan rambu tata cara bersepeda di jalan raya bagi pesepeda.
"Pemprov DKI tidak usah pusing-pusing memikirkan pesepeda. Atur aja pengendara motor dan mobil supaya lebih terbiasa dengan adanya pesepeda di jalan raya dan supaya mereka tahu sopan santun berlalu lintas, menempatkan pengguna jalan sesuai hirarki lalu lintas. Dengan begitu saling respek di jalan bisa terjaga," kata Agung.
Pegiat sepeda dari Ecotransport Hendro Talenta memiliki pendapat lain. Menurutnya, rambu untuk pesepeda memang dibutuhkan ketika jalurnya ada, maka penambahan jalur ini penting.
"Karena dengan menambah jalur berarti akan menambah pemahaman terkait pengguna jalan tak hanya kendaraan pribadi bermotor saja. Jalur lalu rambu," ujar Hendro.
Dikatakan, jika merujuk pada Kota Yogyakarta, rambu untuk pesepeda adalah rambu jalur sepeda, jalan alternatif pesepeda yang tak selalu mengikuti jalan utama atau protokol, tetapi bisa masuk pada jalan kecil-kecil.
"Kampanye publik kesadaran pengguna jalan untuk berkenan berbagi jalan, taat rambu lalu lintas, konsisten di sosial media, hadir di lapangan seminggu sekali dan talkshow. Semua dilakukan fokus pada keselamatan berkendara di jalan raya," tambah Hendro.
Pegiat sepeda lainnya dari Gowesser Anak Jakarta (GAJ), Agung Nugroho, mengatakan, efektivitas jalur sepeda hanya berfungsi jika jalur sepeda dibangun sesuai rute yang digunakan oleh komunitas pesepeda.
"Jalur sepeda yang dibangun sekarang ini belum semuanya sesuai dengan jalur pesepeda, sehingga perlu dievaluasi kembali efektivitas pembangunan jalur sepeda. Sehingga keinginan DKI menjadikan sepeda sebagai alat transportasi alternatif bisa terwujud," kata Agung Nugroho.
Dikatakan, rambu sepeda yang masih kurang adalah rambu parkir sepeda, dan rambu jalur khusus sepeda. Menurutnya, infrastruktur sepeda sebaiknya dibagi menjadi tiga jenis.
"Pertama bike path yang lebarnya 1,5 meter dibuat terpisah, kedua bike line yang sedang dibangun sekarang, dan ketiga bike road atau rute sepeda yang berada di persimpangan dilengkapi dengan marka serta lampu," tutur Agung Nugroho.
Ketika dikonfirmasi mengenai rencana menambah jalur sepeda dan terkait rambu untuk pesepeda, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo belum merespons, baik saat ditelepon ataupun pesan singkat.
Sumber: BeritaSatu.com