Jakarta, Beritasatu.com - Rencana pembelajaran tatap muka di sekolah pada 2021 belum sepenuhnya mendapat lampu hijau dari berbagai pihak. Satu sisi berdasarkan survei ada sekitar 56% (959 orang) dari 1.712 orang tua yang mengaku jenuh selama PJJ. Namun di sisi lain apakah sekolah sudah siap melakukan tatap muka. Berdasarkan fakta di lapangan itulah Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti menuturkan, sekolah diizinkan dibuka asal sesuai dengan standar protokol kesehatan.
Retno menuturkan, jika pemerintah hendak membuka sekolah di semua zona, maka KPAI merekomendasikan beberapa hal. Di antaranya, pemerintah pusat dan daerah harus fokus pada persiapan infrastruktur, protokol kesehatan, sosialisasi protokol kesehatan, dan sinergi antara dinas pendidikan dengan dinas kesehatan, serta Gugus Tugas Covid-19 di daerah.
"Jika sekolah belum mampu memenuhi infrastruktur dan protokol/SOP, maka tunda dahulu buka sekolah,” kata Retno dalam siaran pers diterima Suara Pembaruan, Minggu (15/11/2020).
KPAI juga mendorong buka sekolah tidak ditentukan zona, namun lebih ditentukan oleh kesiapan semua pihak. Dalam hal ini, pemerintah harus mengalokasikan anggaran untuk swab test. Sebelum memulai pembelajaran tatap muka di sekolah, swab test kepada guru dan peserta didik dapat dilakukan secara sampel, dengan biaya dibebankan pada APBD dan APBN anggaran 2020/2021.
"Daerah siap, sekolah siap, guru siap, orang tua siap dan siswa siap, kalau salah satu tidak siap, maka tunda buka sekolah meski pun zonanya berstatus hijau,” ujarnya.
Retno juga menuturkan, pemerintah harus mulai mengarahkan politik anggaran ke pendidikan, terutama persiapan infrastruktur buka sekolah demi mencegah sekolah menjadi klaster baru. Sebab, menyiapkan infrastruktur adaptasi kebiasaan baru (AKB) di sekolah membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
"Kalau daerah belum siap, maka tunda dahulu buka sekolah, meski di daerah itu zonanya hijau,”ucapnya.
Usulan Retno untuk sekolah buka asal dengan protokol kesehatan yang ketat juga mengacu pada hasil pengawasan persiapan buka sekolah yang dilakukan KPAI di 46 sekolah di 8 provinsi. Berdasarkan tinjauan lapangan ke 29 sekolah mulai dari jenjang SD, SMP sampai SMA/SMK menemukan fakta, banyak sekolah belum siap.
Selanjutnya, Retno juga menuturkan, sepanjang rangkaian pengawasan yang KPAI lakukan, ternyata status zona berubah berdasarkan penyesuaian Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, yang awalnya hanya di zona hijau dan menjadi zona hijau dan kuning, ternyata pada pelaksanaannya penentuan zona membuat aktivitas buka tutup sekolah terjadi berkali-kali.
Uji Coba
Kendati demikian, Retno menyebutkan, KPAI mendesak sekolah untuk tidak langsung pembelajaran tatap muka (PTM) dengan separuh jumlah siswa, tetap disarankan untuk memulai uji coba PTM dengan sepertiga siswa, baik siswa SMA/SMK/SMP dimulai dari kelas paling atas.
"Apabila peserta didik patuh pada protokol kesehatan, barulah menyelenggarakan simulasi untuk siswa di kelas bawahnya. Jangan memulai PTM tanpa uji coba terlebih dahulu,” ucapnya.
Sumber: Suara Pembaruan