Jakarta, Beritasatu.com - Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kempupera) Hedy Rahadian menargetkan pembangunan tol baru sepanjang sekitar 2.500 kilometer (km) terutama di Jawa, Sumatra, dan Bali serta 30 km jalan nasional baru hingga pertengahan 2024 mendatang.
"Ini adalah target kinerja Bina Marga untuk mid-term 2024. Utamanya yang besar kita targetkan bangun tol baru di Jawa dan Sumatra sekitar 2.500 km termasuk Bali dan 30 km jalan nasional baru," kata Hedy, Rabu (18/11/2020).
Selain itu, ia juga menargetkan pembangunan jembatan sepanjang 38 km dan flyover sepanjang 31 Km. Semua pembangunan ini, utamanya bertujuan untuk membangun konektivitas sekaligus menekan travel time hingga 2,1 jam per 100 km yang sekarang ini levelnya berada di 2,2 jam sampai 2,3 jam per 100 km.
Hedy mengungkapkan, level kompetitif konektivitas sebetulnya berada di level 1,5 jam per 100 km jika melihat benchmarking negara-negara tetangga. Untuk itu, strategi yang dijalankan pun menggunakan jalan panjang dan ulang punggung sebagai jaringan jalan bebas hambatan atau tol.
"Dalam masa pandemi Covid-19 ini, kita memastikan kegiatan konstruksi tetap berjalan dengan menerapkan protokol Covid-19. Kedua kita juga memfokuskan pada kegiatan yang sifatnya labour intensif dan produk-produk usaha mikro kecil menengah (UMKM)," ujar Hedy.
Di samping itu, Bina Marga juga akan melakukan pekerjaan Padat Karya Tunai (PKT) sesuai porsi yang menjadi arahan Bina Marga seperti merevitalisasi drainase jalan senilai anggaran Rp 1 triliun dengan target mencapai 5.000 km jalan. Sejauh ini, dikatakannya bahwa program PKT sudah berhasil menyerap sekitar 42.000 tenaga kerja dengan anggaran yang cukup besar yakni mencapai Rp 1 triliun.
Rp 120 M untuk UMKM
Lebih jauh, Bina Marga juga akan menganggarkan Rp 120 miliar untuk membeli produk-produk UMKM salah satunya Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) dan karet petani. Sebab harga karet petani saat ini mengalami penurunan drastis.
Kemudian membeli produk lokal lain seperti rosin ester yang diproduksi Perhutani untuk bahan marka jalan dan Ligt Weight Deflectometer (LWD)-- alat pengukur kekuatan struktural sistem perkerasan--dengan anggaran sebesar Rp 5 miliar dari UMKM melalui workshop-workshop di Indonesia.
Terkait CPHMA, Hedy menjelaskan bahwa salah satu bahan dasar yang digunakan adalah aspal buton (Asbuton). Shell Bitumen dikatakannya belum banyak masuk di asbuton. Padahal penyerapan asbuton masih sangat rendah dibanding dengan penggunaan aspal di Indonesia.
Namun ia mengklaim telah melibatkan sebanyak 94 UMKM dan 13.000 tenaga kerja di CPHMA ini. "Jadi kita melakukan pengadaan yang betul-betul menyasar labour intensive dan UMKM," ucapnya.
Termasuk membeli alat pengukur kontrol kualitas dari UMKM dan Bokar dengan anggaran Rp 120 miliar. Ia menilai, pembelian Bokar sudah sesuai ekspektasi karena dapat mengangkat harga karet di level petani lantaran dibeli langsung dari petani atau koperasi.
Sebelumnya, Menpupera Basuki Hadimuljono juga menyampaikan bahwa sebagai pembina konstruksi, kementerian yang dipimpinnya sudah membagi paket-paket pekerjaan mulai dari yang kecil sampai yang besar. Juga menyusun pekerjaan yang ada di Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), mana yang untuk daerah, mana yang untuk swasta, dan mana yang dilarang untuk BUMN.
Begitu pula dengan penggunaan material konstruksi lokal. Basuki menyatakan bahwa sejauh ini Kempupera sudah banyak memanfaatkan material konstruksi seperti karet, plastik, dan asbuton untuk jalan. Pemanfaatan asbuton untuk pembangunan dan penanganan jalan merupakan bagian dari pelaksanaan kebijakan penggunaan produk dalam negeri.
Berdasarkan data, Kempupera memanfaatkan produk asbuton dengan volume sekitar 42.000 ton untuk pekerjaan preservasi dan pembangunan jalan sepanjang 793 km yang tersebar di 25 provinsi di Indonesia.
Sumber: BeritaSatu.com