Palu, Beritasatu.com - Komandan Divisi Palu Timur Gereja Bala Keselamatan (BK) Mayor Erik A Kape meminta aparat keamanan segera menangkap pelaku pembantaian yang menewaskan empat warga Bala Keselamatan di Dusun Lewonu, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat (27/11/2020) pagi.
“Kami minta kepada aparat keamanan bisa segera menangkap pelakunya. Biarlah ini menjadi kejadian yang terakhir. Jangan lagi ada jatuh korban di pihak masyarakat yang tidak bersalah,” kata Mayor Erik kepada Beritasatu.com, Sabtu (28/11/2020) malam.
Menurut Mayor Erik kejadian pembunuhan di Dusun Lewonu, bukanlah kali pertama. Sebelumnya juga ada anggota jemaat dari gereja tersebut yang telah menjadi korban pembunuhan di wilayah Napu, Poso serta Parigi Moutong.
“Sudah ada empat kali kejadian. Ada yang korbannya ditemukan ditanam dengan kaki terbalik,” kata Mayor Erik.
Kejadian terbaru di Dusun Lewonu, Lembantongoa, Palolo, telah sangat memukul pihak gereja dan juga keluarga korban.
Peristiwa ini semakin membuat adanya rasa tidak aman dalam masyarakat khususnya di Dusun Lewonu.
“Harapan kami, ini yang terakhir. Kami minta kepada aparat kepolisian maupun TNI untuk dapat selesaikan sampai tuntas ke akar-akarnya,” kata Erik, yang turut didampingi Wakil Komandan Divisi Palu Timur Gereja Bala Keselamatan (BK) Mayor James Blake.
Hal yang sama juga disampaikan James Blake. Ia meminta aparat keamanan dapat segera menangkap para pelaku.
Menurutnya, warga yang menjadi korban adalah orang yang tidak tahu apa-apa, kecuali hanya bekerja sebagai petani untuk mempertahankan hidup mereka.
“Pesan kami supaya tak ada lagi kejadian seperti ini. Kami minta aparat keamanan dapat menangkap pelakunya,” kata James.
Satu Liang
Empat korban pembantaian di Dusun Lewonu, sudah dimakamkan di Taman Pekuburan Umum (TPU) Desa Lembantongo, Sabtu siang. Mayor Erik yang memimpin langsung ibadah pelepasan jenazah dan pemakaman para korban.
Mayor Erik memimpin langsung ibadah pelepasan dan pemakaman keempat jenazah. Ratusan pelayat hadir saat pemakaman. Bahkan warga memikul keempat peti jenazah korban dari rumah duka sampai ke tempat pemakaman.
“Saya mengajak keluarga, mari kita berlapang dada dengan kejadian ini. Mari kita belajar mengampuni, karena penghukuman itu hak Tuhan. Mari kita memiliki hati yang damai. Kita akan diberkati Tuhan, dan kita akan menyambut perayaan Natal (25 Desember 2020) dengan sukacita tanpa ada rasa dendam,” kata Mayor Erik saat memimpin ibadah pelepasan jenazah di rumah duka di Lembantongoa.
Jenazah keempat korban dimakamkan dalam satu liang lahad. Keempatnya adalah Yasa, Naka, Pinus, dan Pedi. Mereka terdiri dari satu keluarga yaitu anak, ayah, dan mertua.
Pelaku pembantaian sekeluarga itu diperkirakan berjumlah 10 orang. Di antara pelaku yang diduga dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora ada yang membawa senjata laras panjang dan pistol.
“Ada 5 orang saksi yang saat kejadian berada di sekitar lokasi dimintai keterangan penyidik Polri. "Ada 5 saksi yang diinterogasi," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono, Sabtu (28/11/2020).
Dijelaskan, dari keterangan saksi, dari sekitar 10 orang pelaku, di mana tiga orang membawa senpi (laras panjang 1 dan 2 senpi genggam). Saksi juga mengenal tiga pelaku adalah DPO (daftar pencarian orang) teroris MIT.
"Tiga pelaku adalah terduga teroris kelompok Ali Ahmad alias Ali Kalora," ujar Brigjen Awi.
Selain membunuh satu keluarga itu, juga ada enam rumah warga yang dibakar, serta satu gereja Bala Keselamatan, yang terbuat dari dinding papan, atap seng, dan lantai tanah.
Sumber: BeritaSatu.com