Jakarta, Beritasatu.com - Menteri BUMN Erick Thohir mengajak Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk mengisi kegiatan dan ceramah di berbagai masjid yang terdapat di seluruh perkantoran BUMN.
Kolaborasi BUMN dengan PBNU tersebut menjadi spirit dari strategi kebudayaan yang dicanangkan Erick Thohir dengan pondasi AKHLAK agar bisa menunjang transformasi di tubuh BUMN. Selain itu juga merupakan bagian dalam pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia agar sesuai dengan Alquran dan Assunnah, sebagai asas pokok pembentukan jati diri Muslim.
Direktur Said Aqil Siroj (SAS) Institute M. Imdadun Rahmat menyambut baik rencana Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang mengajak peran aktif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk mengisi ceramah dan kajian di berbagai masjid yang ada di lingkungan sejumlah perkantoran BUMN.
“Kita sambut positif tawaran dari Menteri Erick Thohir untuk kerja sama dengan PBNU, mengisi kajian-kajian keagamaan di lingkungan BUMN-BUMN,” ujar Imdad, Selasa (1/12/2020).
Menurutnya, perlu ada reorientasi dalam konten ceramah dan kajian yang perlu disinergikan dengan semangat kinerja di tubuh perusahaan negara tersebut. Jika dulu konten dan kajian agama lebih diorientasikan kepada persoalan militansi agama, maka sudah harus dirubah kepada bagaimana diarahkan pada persoalan keilmuan.
“Pertama yang harus dilakukan adalah reorientasi dari pengajian-pengajian ini, kalau sebelumnya orientasi dari pengajian masjid-masjid di BUMN itu kepada militansi agama, yang lain-lain itu dinomor sekian kan, itu perlu diubah lebih ke bagaimana pengajian-pengajian keagamaan itu diarahkan kepada kedalaman ilmu,” ungkapnya.
Lanjut Imdad, kedua isi konten mengajak kepada ketaatan jamaah dalam beribadah, meningkatkan religiusitas, serta memaknai beragama lahir dan batin sebagai bentuk penyerahan total ibadah menuju ketaqwaan kepada Allah SWT
“Beribadah religiusitasnya ini perlu dikuatkan, memaknai beragama lahir batin itu sebagai penyerahan total ibadah, ketaqwaan kepada Allah itu harus diperkuat,” sambungnya.
Ketiga, Imdad menekankan mengenai perbaikan Akhlak, sebab menurut pengamatannya, pengajian-pengajian yang selama ini sudah berjalan sarat akan ujaran kebencian terhadap kelompok-kelompok yang berbeda, baik sesama umat Islam sendiri maupun yang berbeda agama.
“Kepada sesama muslim yang tidak sehaluan itu juga menjadi target kebencian dan juga agama lain, nah ini kan tidak mencerminkan akhlak yang sesungguhnya,” terangnya.
Selain konten yang perlu dirubah, lanjut Imdad, tentunya penceramah atau narasumbernya juga perlu ada penyegaran dengan tokoh atau ulama yang menyampaikan pesan sejuk, kedamaian dan keteduhan Islam sebagai agama rahmatalil alamin.
“Konten ini tidak akan berubah kalau yang memberikan orang-orang yang sama karena penceramah yang dihadirkan dan menjadi narasumber, menjadi guru ngaji, penceramah katib itu memiliki ideologi tertentu yang tidak akan mungkin bisa berubah dalam waktu cepat,” jelasnya.
Sebelumnya, Kementerian BUMN berencana dalam waktu dekat, para kyai dan ustaz dari NU akan menjadi katib dan imam ibadah salat Jumat di 22 masjid yang ada di lingkungan perusahaan BUMN di Jakarta dan Tangerang.
Tercatat ada tujuh masjid di Jakarta Pusat, sembilan di Jakarta Timur, empat di Jakarta Selatan, serta masing-masing satu masjid di Jakarta Utara dan Tangerang yang menjadi inisiator kerja sama syiar Islam tersebut. Semua masjid tersebut berada dalam lingkungan 17 perusahaan BUMN.
“Saya berharap program ini bisa membentuk seluruh karyawan BUMN memiliki aqidah yang benar berdasarkan ilmu, menjadikan Alquranul dan Assunnah sebagai pedoman dalam memahami tauhid yang sesuai pemahaman Salafush Shalih, sekaligus membentengi dari pemikiran-pemikiran yang menyimpang dalam Islam,” kata Erick.
Sumber: BeritaSatu.com