Jakarta, Beritasatu.com - Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono mengimbau masyarakat tetap waspada seiring tingginya aktivitas Gunung Merapi.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Badan Geologi Kementerian ESDM, telah terjadi 52 kali awan panas guguran di Gunung Merapi dengan jarak luncur maksimal 3 kilometer ke arah barat daya, terutama di hulu Kali Boyong dan Krasak.
“Sempat dilaporkan kejadian hujan abu di beberapa tempat. Hal ini wajar mengingat material halus produk erupsi dapat terbawa oleh angin,” ujar Eko seperti dilansir laman Sekretariat Kabinet, Kamis (28/1/2021).
Ia menyebutkan, aktivitas vulkanik Gunung Merapi terus mengalami kenaikan sejak Oktober tahun 2020 lalu. Badan Geologi telah menaikkan status Gunung Merapi dari waspada ke siaga pada 5 November 2020. Selanjutnya, pada tanggal 4 Januari 2021, Gunung Merapi akhirnya mengalami erupsi yaitu berupa erupsi efusif yang ditandai dengan munculnya api diam di sekitar Lava 1997.
“Gunung Merapi memiliki ciri erupsi yang khas yaitu dengan tipe erupsinya yang disebut sebagai Tipe Merapi dengan aktivitasnya berupa pertumbuhan kubah lava, kemudian terjadi guguran lava dan awan panas guguran,” lanjut Eko. Pada awal tahun, tepatnya 7 Januari 2021, awan panas pertama terjadi di Gunung Merapi.
Hingga saat ini, tercatat 95 kali awan panas guguran dengan jarak luncur terjauh 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Jarak luncur awan panas ini masih dalam jarak rekomendasi bahaya yang ditetapkan oleh BPPTKG-PVMBG-Badan Geologi, yaitu sejauh maksimal 5 kilometer dari puncak.
Sehubungan dengan hal itu, kata Eko, hingga sampai hari ini (28/1/2021), aktivitas Gunung Merapi dinyatakan masih tinggi dengan aktivitas berupa awan panas guguran dan guguran lava.
Data seismik masih didominasi oleh kegempaan karena aktivitas guguran, sedangkan laju deformasi EDM cenderung landai. BPPTKG Badan Geologi pun terus berupaya dalam mitigasi bahaya Gunung Merapi, baik melalui pemantauan, penilaian bahaya, penyebaran informasi, dan sosialisasi aktivitas Gunung Merapi terkini.
Masyarakat diimbau agar tetap waspada terhadap bahaya lahar terutama saat terjadi hujan seperti yang masih sering terjadi pada bulan-bulan ini, menjauhi daerah bahaya serta selalu mengikuti informasi aktivitas terkini dan rekomendasi dari BPPTKG, pemerintah daerah, dan BPBD setempat.
Sumber: BeritaSatu.com