Jakarta, Beritasatu.com – Tiga Sekretaris Jenderal (sekjen) PDI Perjuangan (PDIP) menyampaikan testimoni tentang politik hijau yang mencintai lingkungan. Ketiganya yaitu Pramono Anung (sekjen PDIP periode 2005-2010), Tjahjo Kumolo (2010-2015), dan Hasto Kristiyanto (2015-sekarang).
Pramono, Tjahjo, dan Hasto menyatakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menjadi kunci, dan selalu berbicara mengenai politik hijau. Politik yang bertujuan menjaga lingkungan alam dan lingkungan hidup Indonesia.
“Jadi jarang sekali seorang tokoh sekaligus ketua umum partai kemudian pernah menjadi presiden, menjadi wakil presiden, yang begitu cinta akan tanaman dan cinta akan alam dan lingkungannya. Saya masih ingat ketika partai-partai belum ada namanya Badan Penanggulangan Bencana, Ibu Mega yang pertama kali, mencanangkan, membentuk Baguna. Baru setelah itu partai lain mengikuti,” kata Pramono dalam acara talkshow “Politik Hijau PDI Perjuangan”, Sabtu (20/2/2021).
Dari pengalamannya bersama Megawati, Pramono mengaku kecintaan pada lingkungan itu tampaknya karena Megawati ditempa langsung oleh Presiden pertama Soekarno. Sikap cinta lingkungan itu yang diterjemahkan dalam politik hijau.
“Tidak banyak partai politik misalnya menginisiasi menanam pohon, membersihkan sungai, kemudian hal-hal yang berkaitan dengan penghijauan. Ibu Mega bukan hanya mengerti, tetapi benar-benar memahami,” imbuh Pramono.
Sementara itu, Tjahjo mengaku intensif berkomunikasi dengan Megawati sejak 1997. Sejak awal, menurut Tjahjo, soal lingkungan hidup menjadi bahasan utama oleh Megawati dalam setiap pengkaderan. Dalam aktivitas sehari-hari seperti saat makan sekalipun, Megawati selalu menyelipkan diskusi soal lingkungan hidup.
“Hal-hal yang menjadi contoh alam yang menjadi bagian yang dipikirkan Ibu Mega dalam konteks lingkungan hidup. Masalah bagaimana sungai tidak tercemar, membangun kebun raya sekecil apa pun, kemudian menginventarisasi tanaman langka, dibuat obat, dibuat jamu. Inilah yang saya kira, tidak ada seorang presiden yang saya kira memberi perhatian khusus kepada lingkungan hidup sebanyak Ibu Mega,” ungkap Tjahjo.
Hasto mengatakan sejak awal sudah belajar banyak dari Pramono dan Tjahjo, dan khususnya secara langsung dengan Megawati. Apa yang dialami oleh Pramono dan Tjahjo juga dialami Hasto. Megawati pada intinya selalu mendorong kader partainya tak sekadar berpolitik di pemilihan umum, tetapi berpolitik yang merawat alam raya.
“Sehingga ini merupakan suatu hal yang unik bagaimana partai tidak hanya berbicara persoalan kekuasaan, tetapi bagaimana kita merawat seluruh alam raya,” kata Hasto.
Pramono mengamini pernyataan Hasto. Pramono bersaksi bahwa salah satu perwujudan politik hijau di PDIP adalah mengedukasi calon pemimpin bangsa untuk menyayangi alam lingkungan. Megawati juga mengajarkan itu langsung kepada pemimpin-pemimpin muda yang maju di pilkada.
“Menurut saya apa yang dilakukan oleh Ibu Mega merupakan lokomotif politik baru, politik yang tidak hanya sekedar menjual gagasan, menjual mimpi, tetapi juga politik yang berkaitan dengan alam dan lingkungan,” kata Pramono.
Hasto menambahkan dalam kehidupan sehari-hari di partainya, ada kebijakan sama sekali tidak menggunakan atau minimal mengurangi penggunaan plastik. Saat kongres partai, kebijakan ini diwujudkan dengan ribuan peserta yang hadir memegang tumbler tempat minum masing-masing.
Kantor partai juga dibangun sehingga memakai konsep green building. Namun yang paling fenomenal adalah bagaimana partai mengukur kinerja kepala daerahnya dengan indikator keberhasilan melaksanakan penghijauan.
“Seluruh kepala daerah diukur, ini ada aturan partainya, diukur prestasinya dari gerakan penghijauan, dari politik tata ruang, dari seberapa banyak sudah menyelamatkan mata air,” kata Hasto.
“Jadi menjaga lingkungan ini sudah menjadi bagian dari kultur yang dibangun partai. Bahkan Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo), sebelum jadi presiden pun dulu diajak Ibu Mega untuk menanam pohon di Sungai Ciliwung,” tambah Hasto.
Tjahjo kemudian mengatakan bahwa jika kini masyarakat melihat PDIP menyentuh masalah politik hijau di tengah masalah pandemi dan banjir, hal itu bisa terjadi karena peran seorang Megawati. Soekarno itulah sosok yang selalu mengajarkan bahwa politik harus menyatu dengan alam, dan harus bisa mengorganisir masyarakat untuk mencintai lingkungan.
“Kalau kita konsisten dalam program Semesta Berencana jangka panjang yang dicanangkan Bung Karno, saya kira alam kita bisa terjaga dengan baik, tidak ada banjir, sungai mengalir dengan baik,” ucap Tjahjo.
Sumber: BeritaSatu.com