Mafindo: Dibutuhkan Peran Pemuda untuk Lawan Intoleransi dan Terorisme

Jakarta, Beritasatu.com - Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho mengungkapkan, saat ini dibutuhkan peran dari pemuda untuk bersatu dan merefleksikan kembali peran mereka untuk menjaga kedaulatan bangsa dan melawan intoleransi serta terorisme.
"Dampak negatif era digital itu sangat banyak yaitu hoax, permusuhan, dan provokasi yang dimanfaatkan untuk menyebarkan paham intoleransi dan terorisme. Jadi pemuda saat ini dibutuhkan untuk bisa menentukan, apakah kita masih bersepakat untuk menjaga kedaulatan dan mencegah perpecahan bangsa," kata Septiaji dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (30/10/2021).
Ia menjelaskan, komitmen untuk bersatu dan menjadi bagian dalam menjaga kedaulatan bangsa sebagaimana para pendahulu bangsa kala itu, harus dibekali dengan empat poin dasar dalam konteks era digital, yaitu melindungi diri sendiri dari berbagai manipulasi informasi yang menjauhkan dari semangat kebangsaan dan persatuan serta semangat Pancasila.
“Kedua, melindungi keluarga kita, lingkungan dan masyarakat sekitar serta yang terakhir dan yang lebih luas adalah melindungi bangsa ini,” tutur pria yang juga aktif dalam berbagai forum nasional dan internasional ini.
Septiaji mengungkapkan, hal yang menjadi kekhawatirannya sebagai aktivis adalah tantangan kemajuan teknologi yang dibalik banyak manfaatnya menyimpan efek negatif. Alih-alih menjadi bangsa yang produktif, jebakan era digital justru menjadikan para pemuda terpenjara dan kecanduan kepada hal-hal yang kontraproduktif.
Empat Pilar
Sehingga, menurut Septiaji, dibutuhkan empat pilar yang perlu dimiliki oleh para pemuda di era digital saat ini.
“Yang pertama, keahlian atau kecakapan. Kedua, budaya digital yang baik dan etika digital lalu yang terakhir adalah keamanan digital. Empat pilar tersebut yang bisa melindungi, memperkuat dan memperkaya wawasan para pemuda untuk memastikan agar mereka tidak menjadi korban manipulasi informasi, hoax, konten provokatif yang tidak beretika,” ungkapnya.
Di samping 4 pilar tadi, ia juga menyinggung mengenai kepekaan pemuda akan toleransi. Karena menurutnya, toleransi menjadi sangat penting agar para penerus bangsa dari negeri yang kaya akan keberagaman ini tidak boleh gagap toleransi.
“Indonesia ini kan budayanya beragam. Jadi, ketika kita bertemu dengan sesuatu yang berbeda itu jangan kemudian mudah menghakimi, jangan mudah berkomentar negatif jangan mudah mengajak orang untuk membenci. Jangan jadi gagap toleransi,” katanya.
Dengan bekal tersebut diharapkan para pemuda tidak cukup hanya memiliki toleransi, tetapi juga bisa mengambil bagian dengan menjaga dan melindungi toleransi untuk mengikis akar masalah dari radikalisme dan terorisme.
Septiaji juga mengingatkan peran serta dukungan pemerintah, tokoh masyarakat, dan stakeholder lainnya sangat diperlukan dalam mendukung dan mengarahkan energi para pemuda kepada hal yang positif dan produktif.
Sumber: ANTARA
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
Viral Penarikan Sumbangan SMPN 1 Ponorogo Rp 1,68 Juta untuk Beli Mobil dan Alat Musik
Jelang Hari Santri 2023, NU Ingatkan Semangat Resolusi Jihad di Era Digitalisasi
Tarif Normal LRT Jabodebek Berlaku Mulai 1 Oktober, Maksimal Rp 20.000
Momen Rakernas IV PDIP, Sinyal Dukungan Jokowi untuk Ganjar hingga Rekomendasi Pangan
Elektabilitas Ganjar Naik, Mega Ingatkan Kader PDIP Jangan Terlena
3
Penutupan Rakernas, PDIP Luncurkan Program Beasiswa Megawati Fellowship
B-FILES


ASEAN di Tengah Pemburuan Semikonduktor Global
Lili Yan Ing
Perlukah Presiden/Kepala Negara Dihormati?
Guntur Soekarno
Urgensi Mitigasi Risiko Penyelenggara Pemilu 2024
Zaenal Abidin