Kanker Prostat yang Diderita SBY Disebut Silent Killer, Ini Penjelasannya
Selasa, 2 November 2021 | 19:01 WIB

Jakarta, Beritasatu.com - Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY didiagnosis mengidap kanker prostat seperti dikabarkan staf pribadinya, Ossy Dermawan, Selasa (2/11/2021). Kanker prostat disebut juga sebagai silent killer.
Pada 24 Oktober 2021 lalu, pemeran Gunther dalam serial legendaris Friends, James Michael Tyler, meninggal dunia karena kanker prostat. Sedangkan mantan Presiden Korea Selatan Roh Tae-woo meninggal pada 26 Oktober 2021.
Seperti diberitakan, kesehatan Roh memburuk sejak 2002 ketika ia menjalani operasi kanker prostat dan berulang kali dirawat di rumah sakit.
Jauh sebelumnya, pada 19 Juli 2019, penulis kawakan Arswendo Atmowiloto meninggal dunia karena penyakit yang sama.
Pada pemberitaan Beritasatu.com sebelumnya, dokter spesialis urologi Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ) dr Marto Sugiono SpU menyebut bahwa kanker prostat merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam kelenjar prostat dan menyerang segala usia.
Prostat adalah kelenjar kecil yang terletak di bagian dasar kandung kemih. Kelenjar ini merupakan bagian dari sistem reproduksi dan posisinya mengelilingi saluran yang membawa urine dari kandung kemih ke penis.
Prostat juga berfungsi sebagai penghasil semen, yaitu cairan yang dikeluarkan bersama sperma saat ejakulasi.
Penyakit ini kerap menjadi silent killer bagi para pria sebab kadang kala penderitanya tidak mengalami gejala apa pun. Gejala baru dirasakan ketika kanker sudah memasuki stadium akhir.
Penyakit ini perlu diwaspadai, menurut Marto, karena prevalensi penderita kanker prostat di Indonesia cukup tinggi yakni 11 dari 100.000 dan menjadi salah satu penyebab kematian pada pria.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, ada sejumlah faktor yang meningkatkan risiko kanker prostat. Pria berusia di atas 65 tahun cenderung diserang kanker prostat. Apalagi jika ada riwayat anggota keluarga yang pernah mengidapnya.
Faktor lainnya adalah kegemukan atau obesitas. Harvard Health Publishing meriset bahwa pria obesitas mendapat risiko tambahan terkena kanker prostat. Bahkan, obesitas yang parah bisa meningkatkan risiko hingga 34%.
Uniknya, penelitian menemukan juga bahwa pria bertubuh tinggi lebih berisiko mengalami kanker prostat agresif.
Faktor risiko lainnya adalah pria yang mengonsumsi banyak kalsium, baik dari asupan makanan maupun suplemen, lebih berisiko terkena kanker prostat agresif. Plus bila kurang mengonsumsi makanan berserat, seperti sayuran.
Faktor lainnya adalah peradangan di kelenjar prostat. Ada juga faktor risiko dari penyakit seks menular seperti gonore dan klamidia. Lalu ada juga faktor gangguan tidur. Pria yang cukup tidur cenderung memiliki risiko kanker prostat yang lebih rendah.
Informasi yang diperoleh menemukan bahwa ada beberapa faktor lain yang juga disebut bisa menjadi penyebab terjadinya kanker prostat. Meski demikian, faktor-faktor risiko ini masih diperdebatkan, yakni prosedur vasektomi, di mana pria yang pernah menjalani vasektomi mungkin memiliki risiko terkena kanker prostat.
Hasil penelitian yang dimuat di sebuah jurnal di Eropa menyebutkan pria yang sering ejakulasi cenderung memiliki risiko lebih rendah terkena kanker prostat dibandingkan pria yang jarang ejakulasi. Pasalnya, air mani yang keluar saat ejakulasi dapat membantu mengeluarkan zat-zat asing penyebab peradangan dan senyawa radikal bebas pemicu kanker yang terdapat dalam prostat.
Tapi ada juga jurnal yang menemukan pria yang sering berhubungan seks atau masturbasi justru mengalami peningkatan risiko kanker prostat lebih dini, pada usia 20-30an.
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
Kasus Gratifikasi dan TPPU, Rafael Alun Turun Gunung Cari Klien untuk Perusahaannya
Dapat Banyak Dukungan, Pasar Kendaraan Listrik Indonesia Dinilai Potensial
B-FILES


ASEAN di Tengah Pemburuan Semikonduktor Global
Lili Yan Ing
Perlukah Presiden/Kepala Negara Dihormati?
Guntur Soekarno
Urgensi Mitigasi Risiko Penyelenggara Pemilu 2024
Zaenal Abidin