Jakarta, Beritasatu.com - Indonesia menjadi Presidensi G-20 pada tahun 2022 dengan salah satu kelompok kerja adalah Lingkungan dan Perubahan Iklim (Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group atau EDM-CSWG) yang masing-masing dipimpin oleh Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan dan Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
EDM-CSWG merupakan bagian dari topik utama yang fokus pada transisi energi, di samping kedua topik lainnya yaitu kesehatan global serta transformasi digital dan ekonomi. Indonesia akan mengutamakan proses yang “leading by example” dan kolaboratif antar seluruh negara anggota G-20.
Glasgow Climate Pact yang diadopsi pada Conference of the Parties ke-26 United Nations Framework Convention on Climate Change atau COP-26 UNFCCC sangat menekankan komitmen negara-negara dalam mencapai tujuan Persetujuan Paris untuk membatasi kenaikan suhu global sebesar 1,5 derajat Celsius.
KLHK sebagai National Focal Point UNFCCC akan memimpin 20 negara terbesar dalam perekonomian dunia, dalam emisi gas rumah kaca (GRK) dan dalam penurunan emisi GRK melalui isu prioritas mengenai pemulihan dari pandemi Covid-19 secara lebih berkelanjutan, peningkatan aksi-aksi berbasis daratan dan lautan untuk mendukung perlindungan lingkungan dan mencapai tujuan dari perubahan iklim serta peningkatan mobilisasi sumberdaya untuk lingkungan dan perubahan iklim.
Komitmen penurunan emisi GRK tetap harus dilaksanakan oleh semua negara, walaupun dengan menghadapi tantangan pandemi Covid-19 yang tidak mudah, untuk menghindari terjadinya bencana yang lebih besar akibat perubahan iklim.
Indonesia akan mengajak negara-negara G-20 untuk menunjukkan contoh-contoh yang dapat mendorong gerakan konkret penurunan emisi GRK, yang memberi manfaat ganda yaitu meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim, manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan serta membangun masa depan yang lebih berketahanan iklim.
Isu kelautan yang digagas Indonesia pada perhelatan COP-25 UNFCCC di Madrid, Spanyol yang telah kemudian dirumuskan sebuah mandat terbaru pada COP-26 UNFCCC di Glasgow, Inggris akan dikembangkan oleh Indonesia pada pelaksanaan G-20 untuk meningkatkan kerja sama internasional dalam karbon biru dan penguatan ketahanan ekosistem pesisir dan laut.
Selain itu, inovasi-inovasi pendanaan bagi kegiatan-kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sudah dilakukan di beberapa negara G-20, seperti pengembangan nilai ekonomi karbon termasuk pajak karbon dan perdagangan karbon. G-20 akan menyiapkan rekomendasi kerangka pendanaan inovatif untuk mendukung pelaksanaan Nationally Determined Contribution (NDC) menuju transisi yang rendah karbon dan berketahanan iklim.
Pada tanggal 2 September 2022, Menteri LHK akan memimpin Pertemuan Tingkat Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim G-20 untuk menyepakati hasil dari Kelompok Kerja dari EDM-CSWG.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini