Jakarta, Beritasatu.com - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan Rusia sempat dikucilkan pada rangkaian KTT G-20 Bali. Namun seiring berjalan waktu, Rusia diterima.
"Dalam pertemuan working group di awal apakah itu finance atau sherpa, ada komplikasi kehadiran Rusia," kata Airlangga Hartarto dalam program "Obrolan Malam Fristian" di BTV, Rabu (23/11/2022).
Pada saat Rusia hadir dalam working group tegas dia, ada negara G-20 yang walk out. "Namun seiring berjalannya waktu, itu semua berubah perlahan," kata Airlangga.
Airlangga mengatakan untuk mencapai kesepakatan G-20 Bali Leaders Declaration, Indonesia memperbanyak rapat sherpa dan working group. Indonesia juga memfasilitas rapat sherpa di atas kapal pinisi Labuan Bajo. "Dalam pertemuan ini kan mereka (peserta G-20) mengucilkan Rusia, tetapi pesan dalam kapal itu, jika tidak diseleasaikan di sini, maka akan dikasih ke komodo," canda Ailrangga.
Menurut Airlangga, upaya pemerintah memperbankan rapat sherpa untuk membangun bounding, sehingga semua peserta makin mengenal satu sama lain. Bahkan Menlu Rusia Sergey Lavrov hadir beberapa kali dalam serangkaian rapat (G-20). "Tentu suasananya dalam pembahasan berbeda, tetapi persetujuan dari higher authority yang menjadi masalah," kata dia.
Menurut Airlangga, disahkannya G-20 Bali Leaders Declaration melewati proses cukup panjang, yakni sekitar 1 tahun. Indonesia bersama para anggota G-20 telah melakukan rapat yang jumlahnya lebih dari 440 kali. "Kita punya rapat yang jumlahnya itu lebih dari 440. Jadi rapat itu lebih dari hari dalam 1 tahun," ungkap dia.
Hasilnya terdiri dari 10 working group dan 12 engagement group di bawah Track Sherpa yang sudah disepakati oleh pemimpin negara G-20.
Airlangga mengungkapkan, sebagian besar pertemuan working group tidak menghasilkan kesepakatan. "Dari pertemuan working group, itu hampir semuanya menghasilkan yang namanya chers note yakni artinya tidak ada kesepakatan," tambah Airlangga.
Airlangga Hartarto mengatakan pembahasan sangat alot sekali. Tidak adanya kesepakatan karena ada pembicaraan geopolitik. "Sedangkan argumen Indonesia selalu mengatakan bahwa G-20 adalah forum tertinggi untuk ekonomi. Bukan forum politik," tegas Airlangga.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com