Jakarta, Beritasatu.com - Hari AIDS Sedunia (HAS) rutin diperingati setiap tanggal 1 Desember setiap tahunnya. Peringatannya sendiri dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemandirian masyarakat akan pentingnya pencegahan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam pengendalian HIV/AIDS.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada tahun 2021 adalah sebanyak 36.902 kasus. Dari jumlah itu, mayoritas penderitanya merupakan usia produktif.
Saat ini penderita kasus HIV paling banyak berasal dari rentang usia 25-49 tahun dengan persentase 69,7% pada 2021. Lalu disusul rentang usia 20-24 tahun sebesar 16,9% dan penderita HIV di atas 50 tahun sebesar 8,1%. Sedangkan untuk rentang usia 15-19 tahun dan usia di bawah 4 tahun sebanyak 3,1% dan 1,4%. Adapun di rentang usia 5-14 tahun, penderita virus ini sebesar 0,7%.
Sedangkan jumlah kasus HIV stadium lanjut atau populer disebut Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia ada sebanyak 5.750 kasus di tahun 2021. Mayoritas penderitanya sendiri umumnya berada di rentang usia 30-39 tahun dengan catatan, sebanyak 29,4% penderita AIDS berasal dari rentang usia 20-29 tahun, lalu ada 18,7% penderita di rentang usia 40-49 tahun, 9,8% usia 50-59 tahun, dan 3,4% usia di atas 60 tahun. Sedangkan usia di bawah 15 tahun persentasenya di bawah 2%.
Berdasarkan data modeling hitung yang dirangkum dari AEM (Asian Epidemic Model) tahun 2021diperkirakan ada sekitar 526.841 orang yang hidup dengan HIV dengan estimasi kasus baru sebanyak 27 ribu kasus. Ada sekitar 40 persen dari kasus infeksi baru tersebut terjadi pada perempuan.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Imran Pambudi menegaskan bahwa komitmen Kementerian Kesehatan berkomitmen akan mengakhiri endemi HIV pada tahun 2030.
Sebagai bentuk dari komitmen tersebut, Kemenkes lalu melakukan upaya penanggulangan HIV-AIDS dengan menempuh jalur cepat 95-95-95, artinya mencapai target indikator 95% estimasi Orang Dengan HIV (ODHIV) diketahui status HIV-nya, 95% ODHIV diobati dan 95% ODHIV yang diobati mengalami supresi virus.
Namun, menurut data tahun 2018-2022, capaian target tersebut khususnya pada perempuan, anak dan remaja masih belum optimal. Sebab, baru 79% Orang Dengan HIV (ODHIV) mengetahui status HIV-nya, baru 41 % ODHIV yang diobati dan 16% ODHIV yang diobati mengalami supresi virus.
Setelah ditelusuri, penyebabnya cukup beragam mulai dari pandemi COVID-19, retensi pengobatan ARV yang rendah, adanya ketidaksetaraan dalam layanan HIV serta masih dirasakannya stigma dan diskriminasi yang berawal dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit HIV-AIDS.
“Hal ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak masih memerlukan penguatan,” kata Imran.
Kemenkes juga menerapkan strategi triple 95 dilakukan dengan menggencarkan promosi kesehatan, upaya pencegahan perilaku beresiko, penemuan kasus mulai dari skrining, testing, tracing dan tatalaksana kasus. Tidak hanya itu, Kemenkes juga menjadikan strategi edukasi dan skrining HIV sebagai bagian Standar Pelayanan Minimum Bidang Kesehatan di kabupaten/kota. Strategi ini sendiri tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Selain dilakukan kepada perempuan, anak dan remaja, upaya Kemenkes tersebut juga dilakukan kepada semua siklus hidup mulai dari bayi baru lahir, balita, anak usia sekolah dasar, remaja, dewasa dan lansia. Hal ini untuk memastikan setiap orang mendapatkan pelayanan pencegahan dan pengobatan sesuai kebutuhannya.
“Setiap orang yang berisiko terinfeksi HIV dapat datang ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan tes. Bila hasil tes menyatakan terinfeksi HIV, segera minum ARV yang disediakan Pemerintah di fasilitas layanan kesehatan mampu tes dan pengobatan HIV,” ujar Imran.
Tema Global peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2022 yaitu “Equalize”. Tema ini dipilih mengingat pentingnya mengakhiri ketidaksetaraan yang mendorong terjadinya AIDS di seluruh dunia, khususnya pada perempuan, anak, dan remaja. Tanpa tindakan nyata dan terukur terhadap ketidaksetaraan, dunia termasuk Indonesia berisiko tidak mencapai target untuk mengakhiri AIDS pada tahun 2030.
Sementara tema nasional yang diambil tahun 2022 di Hari Aids Sedunia adalah Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS. Tema ini kembali mengajak kita semua untuk mengulurkan tangan, bergerak bersama, sebagai kekuatan terbesar untuk mengakhiri AIDS di Indonesia dengan mengusung kesetaraan bagi semua, khususnya perempuan, anak, dan remaja.
Sesuai dengan tema tersebut, Direktur Imran pun menegaskan betapa pentingnya peran dari seluruh lapisan masyarakat untuk menyukseskan penanggulangan HIV-AIDS yang ditandai dengan dengan tercapainya Three Zero, yaitu zero infeksi baru HIV, zero kematian terkait AIDS, dan zero stigma-diskriminasi. "Masyarakat harus berperan aktif dan melepas stigma bagi penderita", tambah Imran.
“Diperlukan dukungan semua pemangku kepentingan untuk mengatasi tantangan tersebut, baik oleh pemerintah Pusat dan daerah, akademisi/praktisi, masyarakat, swasta, dan media di sektor kesehatan dan di luar sektor kesehatan,” tutup Imran.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: Investor Daily