Jakarta, Beritasatu.com - Pengamat Politik Citra Insttute, Efriza menilai pihak-pihak mempersoalkan diksi siap perang dan menyerang Benny Rhamdani saat bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlalu berlebihan. Menurut Efriza, pernyataan Benny tersebut harus dilihat utuh. Dikatakan, Benny tidak bermaksud untuk mengajak perang secara nyata atau memprovokasi masyarakat.
“Bukan perang yang sebenarnya. Kalau dilihat lebih saksama, Benny mau menyatakan, kalau mau melakukan perlawanan (kepada pemerintah), ya harus melihat fakta dari kinerja pemerintah,” ujar Efriza saat dihubungi, Sabtu (3/12/2022).
Menurutnya, Benny merasa kesal, karena pihak-pihak yang menyerang Jokowi rata-rata bukan mempersoalkan kinerja pemerintah. Namun, kata dia, serangan atau tuduhan yang dialamatkan kepada orang nomor satu di Indonesia itu mengarah pada pribadi, fitnah, dan penyebaran kebencian.
“Bagaimanapun, dia (Benny) barisan relawan pendukung Jokowi. Jadi, bahasa Benny jangan sekadar dilihat bahasa perangnya. Coba dilihat dari keseluruhan bahasanya,” ujarnya.
Akan tetapi, Efriza mengakui pihak oposisi Presiden Jokowi mendapat angin segar dari potongan video yang dilontarkan Benny.
“Yang diambil kalimatnya hanya potongan ucapan Benny, tidak keseluruhan penyataan Benny, tetapi begitulah cara kerja kelompok oposisi yang tidak cerdas. Peristiwa ini juga menunjukan, apa yang disampaikan Benny kepada Presiden merupakan sebuah kebenaran,” katanya.
Baca selanjutnya
Lebih lanjut, Efriza mengatakan kelompok opsisi pernah menggunakan diksi perang pada ...
Halaman: 12selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com