Jakarta, Beritasatu.com - Pemerintah Indonesia saat ini menargetkan pengurangan 41 persen jejak karbon pada tahun 2030, dengan target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060. Target tersebut tentunya memerlukan dukungan dan usaha dari berbagai pihak agar terwujud transisi energi di berbagai sektor, terutama sektor transportasi yang saat ini menyumbang 47 persen dari polusi udara. Bahkan kontribusi polusinya semakin meningkat hingga angka 70 persen untuk wilayah perkotaan.
Indonesia yang menunjukkan komitmennya pada bidang transisi energi berkelanjutan, menghadirkan Bus Listrik Merah Putih (BliMP) yang digunakan untuk kendaraan operasional selama KTT G20 di Bali pada bulan November 2022 lalu. BLiMP adalah kendaraan listrik kolaborasi bersama antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan PT Industri Kereta Api (INKA) dan dikembangkan dengan sejumlah perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Universitas Airlangga (Unair), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, dan Universitas Diponegoro melalui platform Kedaireka.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim menjelaskan bahwa hadirnya BLiMP ini adalah hasil dari semangat kolaborasi "Merdeka Belajar" yang berhasil menyatukan banyak pihak melalui program Kedaireka. “BliMP didesain oleh anak bangsa Indonesia dengan menggunakan komponen utama hasil penelitian dan pengembangan yang telah dikuasai oleh Indonesia,” kata Menteri Nadiem.
“Sejak pertama kali Bapak Presiden Joko Widodo menerima presidensi G20, saya yakin bahwa ini adalah salah satu momentum terbaik bagi Indonesia untuk menunjukkan keunggulan bangsa kita dalam berbagai bidang. Termasuk salah satunya adalah bidang pendidikan untuk mengakselerasi transisi energi berkelanjutan. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkolaborasi dan menghasilkan karya yang membanggakan itu,” kata Mendikbudristek di acara peluncuran BLiMP pada 13 November 2022 silam di Nusa Dua, Bali.
Perancangan BliMP melibatkan insan perguruan tinggi, para alumni perguruan tinggi dan beberapa start-up atau perusahaan rintisan diantaranya ada Braja Elektrik Motor sebagai startup bidang electric drivetrain, Ultima Desain Otomotif ITS di bidang battery pack, NSAD UI untuk bidang Vehicle Control Unit, Solusi Produk Indonesia (SPIN) yang bergerak di bidang pemasaran kendaraan listrik, dan Wiksa Daya Pratama yang membuat swap station.
Kolaborasi yang sukses tersebut menjadi perhatian khusus Mendikbudristek. “Dengan terus menguatkan kolaborasi, saya yakin kebermanfaatan Bus Listrik Merah Putih dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Hadirnya Bus Listrik Merah Putih juga merupakan bukti nyata bahwa Kedaireka telah mengakselerasi perkembangan usaha rintisan di bidang hard engineering technology,” tutur Nadiem.
Kedaireka sendiri adalah sebuah platform 'biro jodoh digital' yang mempertemukan korporasi, peneliti, dan akademisi di perguruan tinggi untuk menggarap proyek inovatif bersama-sama. Sebuah platform yang memadankan anggaran dari kementerian dengan dana yang disalurkan dari swasta kepada perguruan tinggi. Dana yang disalurkan swasta ke proyek di universitas akan dipadankan dengan dana dari kementerian melalui program Matching Fund. Salah satu kolaborasi program adalah hadirnya BliMP.
“Dengan kolaborasi yang berjalan kian baik ini, saya yakin Kedaireka dapat menumbuhkan pusat inovasi teknologi di Indonesia yang tidak hanya mengedepankan kebaruan, tetapi juga berkontribusi pada upaya bersama mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan," lanjut Menteri Nadiem.
Hadirnya BLiMP ini semakin menunjukan bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri kini semakin menguat dengan adanya platform Kedaireka dari Kemendikbudristek sebagai bagian dari "Merdeka Belajar Kampus Merdeka".
Spesifikasi BLiMP
Penampakan fisik bus dengan panjang delapan meter tersebut sekilas tidak terlalu berbeda dengan bus berbahan bakar minyak pada umumnya. Namun, bus yang memiliki bobot 8 ton ini tidak memiliki sistem bahan bakar serta blok silinder besar yang menjadi ciri khas bus berbahan bakar minyak dan digantikan dengan ribuan baterai dan motor. Indikator pada dasbor pun kini menunjukan informasi daya baterai yang juga dilengkapi dengan informasi temperatur dan jarak tempuh.
Lubang yang umumnya digunakan untuk pengisian bahan bakar kini digantikan dengan soket pengisian baterai. Ketika dijalankan, BLiMP juga tidak menghasilkan kepulan asap pembakaran atau gas buang seperti bus pada umumnya, dan tidak terdengar suara deru mesin sama sekali. Bus listrik generasi kedua ini memiliki kapasitas baterai sebesar 150 kilowatt per jam (Kwh) dengan jarak tempuh 160 kilometer dan membutuhkan waktu pengisian baterai hingga penuh selama 2,5 jam.
PT INKA menyebutkan bahwa tingkat komponen dalam negeri (TKDN) bus Merah Putih mencapai di atas 65 persen. Hal tersebut dipengaruhi oleh komponen yang digunakan. Komponen baterai yang digunakan sepenuhnya berasal dari dalam negeri. Selain itu, bagian body dan mesin juga produksi dalam negeri.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini