Teheran, Beritasatu.com – Pemerintah Iran pada Kamis (8/12/2022) mengumumkan, telah mengeksekusi mati dengan hukum gantung pendemo aksi protes kematian Mahsa Amini.
Pria tersebut dihukum karena memblokir jalan dan melukai seorang anggota paramiliter dalam apa yang dikutuk oleh aktivis hak asasi manusia sebagai "sidang pertunjukan".
Demonstrasi telah melanda Iran selama hampir tiga bulan sejak Mahsa Amini meninggal setelah penangkapannya oleh polisi moralitas di Teheran karena dugaan pelanggaran aturan berpakaian jilbab yang ketat di negara itu untuk wanita.
"Mohsen Shekari, seorang perusuh yang memblokir Jalan Sattar Khan di Teheran pada 25 September dan melukai salah satu penjaga keamanan dengan parang, dieksekusi pagi ini," kata situs pengadilan Mizan Online.
Putusan itu dikecam oleh aktivis hak asasi manusia yang berbasis di luar negeri.
"Eksekusi Mohsen Shekari harus ditanggapi dengan reaksi keras jika tidak kita akan menghadapi eksekusi pengunjuk rasa setiap hari," kata Mahmood Amiry-Moghaddam, direktur kelompok Hak Asasi Manusia Iran (IHR) yang berbasis di Oslo.
Dia mengatakan Shekari telah "dihukum mati dalam persidangan pertunjukan tanpa proses hukum".
"Eksekusi ini harus memiliki konsekuensi praktis yang cepat secara internasional," cuitnya.
Pengadilan revolusioner di Teheran mendengar Shekari telah ditangkap setelah melukai bahu anggota pasukan paramiliter Basij dengan pisau, yang membuat cedera yang membutuhkan 13 jahitan, kata Mizan Online.
Pengadilan mengatakan Shekari dinyatakan bersalah berkelahi dan mengeluarkan senjata "dengan niat membunuh, menyebabkan teror dan mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat".
Pengadilan menghukumnya karena "moharebeh" atau mengobarkan "perang melawan Tuhan" di bawah hukum syariah Islam Iran. Kemudian pada 1 November, kata Mizan, Shekari mengajukan banding atas putusan tersebut tetapi mahkamah agung malah menguatkan hukumannya pada 20 November.
Sejak kematian Mahsa Amini dalam tahanan pada 16 September, wanita Iran berusia 22 tahun asal Kurdi itu telah menjadi simbol perlawanan mahasiswa dan siswi untuk memimpin demonstrasi.
Aksi protes mereka yang sebagian besar damai termasuk melepas dan membakar jilbab mereka di jalan-jalan, meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah dan menghadapi pasukan keamanan.
Iran, yang berjuang untuk menahan protes, menggambarkannya sebagai "kerusuhan" yang dipicu oleh musuh bebuyutannya, Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk Inggris dan Israel.
Pasukan keamanan telah menanggapi dengan tindakan keras yang telah menewaskan sedikitnya 458 orang, termasuk 63 anak-anak, menurut angka kematian terbaru yang dikeluarkan oleh IHR pada hari Rabu.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: AFP