Jakarta, Beritasatu.com - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Zulfikri Anas mengatakan guru di sejumlah daerah masih fokus dalam merampungkan target kurikulum, sehingga mengabaikan kemampuan siswa. Untuk mencapai target kurikulum, Zulfikri menyebutkan guru hanya melihat materi di buku dan menggunakan materi dengan cara yang sama untuk semua anak di satu kelas.
Persoalannya, menurut Zulfikri, cara itu belum tentu cocok untuk semua anak yang ada di kelas tersebut. Zulfikri mengungkapkan cara yang dilakukan oleh para guru selama ini kurang memperhatikan kemampuan para siswa dan hanya berpatokan pada kurikulum.
“Guru itu adalah korban dari target kurikulum dan siswa adalah korban berikutnya. Saya pernah menemukan sebuah sekolah di mana siswa kelas 10 yang usianya rata-rata 15 tahun ke atas yang masih tertinggal pelajaran matematika-nya. Ini karena guru mengajar hanya berdasarkan kurikulum tanpa melihat kemampuan siswa,” kata Zulfikri saat menjadi pembicara pada acara Temu Inovasi Ke-14 Sesi Breakout 1 dengan tema “Capaian Keterampilan Dasar Siswa Indonesia” di Jakarta, Kamis (8/12/2022).
Zulfikar mengungkapkan literasi siswa-siswi sebenarnya sudah cukup tinggi. Namun, terkadang kurikulum yang diterapkan membuat literasi mereka seperti jatuh ke titik nol.
“Saya pernah ke salah satu sekolah di Papua. Di dalam kelas itu ada buku ‘Lelucon Berbuah Masalah’. Saya tanya kepada mereka apa artinya lelucon dan mereka tidak tahu. Padahal kalau saja kata lelucon itu diganti dengan kata ‘MOP’ (humor khas Papua) yang lebih dikenal maka mereka pasti tahu. Lalu mereka ketika membaca berbuah, maka yang diingat adalah berburu bukan berbuah. Mereka juga tidak paham maksud dari lelucon berbuah masalah,” tutur Zulfikar.
Baca selanjutnya
Zulfikar menilai pendidikan usia dini merupakan yang paling berat karena menjadi ...
Halaman: 12selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com