Marak Pembunuhan Sadis, Pengamat Sosial: Dipicu Media Sosial
Jakarta, Beritasatu.com - Maraknya kasus pembunuhan sadis di Indonesia belakangan ini, misalnya kasus mutilasi Angela di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Serial Killer Wowon CS di Cianjur, Jawa Barat, Anak SD perkosa anak TK di Mojokerto, Jawa Timur, hingga perempuan terduga pelaku penculikan dibakar di Sorong, Papua Barat, menuai kekagetan publik.
Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati turut berkomentar atas kejahatan pembunuhan sadis yang mana muncul dari berbagai faktor. Pertama, peran media sosial (medos) yang sangat tinggi, walaupun tren data kasus kejahatan menurun.
"Pertama kita harus berpegangan pada data nasional data global yang sebenarnya menunjukkan tren perilaku kejahatan sebenarnya menurun. Namun hanya saja karena sekarang ada media sosial, maka informasi-informasi kejahatan tersebar dengan cepat," tegas Devie kepada tim liputan BTV di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (26/1/2023).
"Sehingga, kemudian seakan-akan lingkungan kita dipenuhi dengan persepsi banyaknya kejahatan sadis walaupun sebenarnya angka real-nya, kejahatan seluruh dunia termasuk Indonesia mengalami penurunan," tambahnya.
Kemudian, menurut Devie ketika seseorang melakukan tindakan kejahatan yang bersifat ekstrem, salah satunya bisa disebabkan oleh pengaruh media yang menayangkan aktivitas kekerasan.
"Kalau kemudian peningkatan praktek kekerasannya agresivitasnya salah satu yang ditengarai menjadi pendorong dari kekejaman aktivitas kekerasan adalah pengaruh media, artinya dulu tayangan kekerasan di televisi masih kita bisa hitung, tapi kita bicara media sosial yang merupakan tsunami informasi. Bahkan orang mengakses 24 jam tidak ada batasannya, sehingga tidak ada hentinya itu unsur-unsur kekerasan begitu kuat," ungkapnya.
Devie menuturkan, hal ini cukup memprihatinkan dikarenakan anak dan remaja bisa terpapar dengan mudah tayangan-tayangan kejahatan.
"Ini yang cukup memprihatinkan ketika yang terpapar anak remaja maka tidak heran kalau kemudian kita menemui bagaimana hal-hal yang dulu tidak mungkin atau tidak bisa kita bayangkan anak-anak melakukan aktivitas seperti anak kecil memperkosa anak lainnya, anak kecil melakukan kekerasan dengan anak lainnya. Praktik imitasi tayangan kekerasan ini ditengarai diduga menjadi salah satu pendorongnya," imbuh Devie.
Sumber: BeritaSatu.com
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Bagikan
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
Jenguk David, Ayah Shane Lukas Bawa Bunga dan Surat
Serunya Pelesiran di Kebun Kurma Pasuruan bak Seperti Umrah
Gahar di Atas Circle, Danial Williams Tunjukkan Sisi Berbeda di Luar Arena
Polri Segel Rumah Mewah Milik Wahyu Kenzo di Kota Malang
Keren, Marselino Cetak Gol Dalam Debut Starter di KMSK Deinze
Catat Ya! Ini Jam Buka Pintu Masuk TMII Selama Ramadan
