Pernikahan Dini Penyumbang Angka Stunting di NTB

Sabtu, 28 Januari 2023 | 22:35 WIB
M Awaludin / DIN
Suasana pemeriksaan kesehatan posyandu, Sabtu, 28 Januari 2023.

Mataram, Beritasatu.com - Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi tercatat angka kasus stunting masih tinggi, untuk menekan angka stunting tersebut, pemerintah Provinsi NTB secara intens melakukan kegiatan pencegahan stunting kepada masyarakat. Kegiatan pencegahan lebih intens dilakukan pada aspek pernikahan dini atau muda kepada kalangan remaja dan pentingnya sanitasi yang memberikan pengaruh penting dalam kasus stunting.

“Alhamdulillah secara spesifik yang kita lakukan dalam kesehatan ini cukup intens, baik dengan memberikan makanan tambahan, kemudian tablet penambah darah, intervensi spesifik perbaikan status gizi sudah kita lakukan,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan NTB L. Hamzi Fikri, Sabtu (28/1/2023).

Kasus Stunting di Indonesia terbilang masih cukup tinggi. Saat ini angka stunting 21,6% di tahun 2022, angka ini turun 24,4% dibanding 2021. Namun PR-nya masih banyak daerah di Indonesia kasus stunting masih tinggi, karena presiden Joko Widodo menargetkan angka stunting di Indonesia harus turun di bawah 14% pada tahun 2024.

“PR besar kita intervensi yang sensitif yang 70 persen pengaruhnya tadi yang spesifik itu 30 persen misalnya aspek pernikahan muda, kemudian sanitasi ini juga yang sangat penting yang memberikan kontribusi langsung pada stunting ini. Sekarang kita kuatkan kolaborasi itu bersama BAPEDA kemarin dan insya allah kedepan ini lebih kuat lagi penanganan kita pada kasus stunting ini,” ujarnya

Lebih lanjut, Hamzi menegaskan bawa provinsi NTB menargetkan setiap tahunnya kasus stunting bisa menurun 1,5 Persen dan optimis penurunan angka stunting di NTB bisa mencapai target yang dicanangkan oleh Presiden 14 persen di tahun 2024..

“Target kita setiap tahun itu paling tidak 1,5 persen per tahun dan jumlah EPPGBM kita di bawah 17 persen 16,86 persen, untuk data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) dan ini terus kiat dorong penurunan itu sampai target 14 persen sesuai dengan yang dicanangkan oleh pak presiden tahun 2024,” tegasnya

Ditambahkan Hamzi bahwa, daerah penyumbang kasus stunting di NTB ada di tiga kabupaten yakni kabupaten Lombok Utara, Lombok Tengah dan Lombok Barat dan jumlahnya berada di bawah 12 persen.

“Kasus stunting itu masih di Kabupaten Lombok Utara kemudian Lombok Tengah dan Lombok Barat masih berada di bawah 12 persen , dan ini terus kita dorong juga terutama di pulau lombok yang angka stuntingnya cukup tinggi dibanding pulau Sumbawa,” bebernya.

Adapun faktor penyebab tingginya angka stunting di NTB, seperti asupan gizi, pengaruh ekonomi dan faktor sosial budaya yakni tingginya perkawinan muda yang cukup tinggi.

“Kalau bicara tentang stunting itu lebih kompleks lagi tidak hanya masalah asupan gizi tidak hanya ekonomi ada juga masalah sosial budaya yang korelasinya cukup tinggi terkait pernikahan muda kita juga masih cukup tinggi,” pungkasnya

Hamzi berharap, keterlibatan semua elemen masyarakat bersatu padu dalam mengentaskan angka stunting harus dilakukan.

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) NTB Hj dr.Nurhandini Eka Dewi mengatakan kasus stunting terjadi akibat asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan menyebabkan kegagalan tumbuh pada anak dan berat badan anak yang tidak sesuai.

“Inti kasus stunting itu berawal dari input makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan kemudian terjadi kegagalan tumbuh pada anak, atau tidak naik berat badan sesuai dengan seharusnya, itu cikal bakal, jika itu tidak ditangani atau diabaikan maka lama kelamaan nanti gagal tumbuh tidak hanya berat tidak naik tinggi badan pun tidak bertambah,” ucapnya

Lebih lanjut Eka menegaskan penanganan Stunting harus dilakukan mulai dari awal, yakni pencegahan mulai dari calon ibu, dengan memberikan pengetahuan tentang pentingnya gizi, sehingga bisa menjaga pola makan.



Sumber: BeritaSatu.com

Bagikan

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI