Ketua RW: Bripka Madih Arogan dan Sering Ganggu Warga

Minggu, 5 Februari 2023 | 23:21 WIB
Ichsan Ali / FMB
Ketua RW 3, Kelurahan Jatiwarna, Kelurahan Jatiwarna, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Nur Asiah Suafris, saat konferensi pers di Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dikrimum) Polda Metro Jaya pada Minggu (5/1/2023) siang.

Jakarta, Beritasatu.com - Ketua RW 3, Kelurahan Jatiwarna, Kelurahan Jatiwarna, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Nur Asiah Suafris, mengaku Bripka Madih adalah seorang yang arogan dan sering menganggu warga.

Nama Bripka Madih menjadi viral gara-gara kasus polisi peras polisi. Dirinya menyebut diperas oleh penyidik Rp 100 juta saat melapor dugaan kasus penyerobotan lahan.

Asiah menjelaskan, pada 31 Januari 2023 lalu, Madih secara sewenang-wenang membawa massa dan memasang patok di depan rumah warga.

"Pada tanggal 31 Januari, warga kami mengadu bahwa Bripka Madih ini sekitar jam 2 siang membawa rombongan sekitar 10 orang dan itu bukan warga kami, yang kami tidak kenal. Kemudian memasang patok di depan rumah warga kami itu ada sekitar 3, patok 1 tapi bannernya 2. Kemudian di depan rumah warga kami Bu Soraya, Bapak Madih memasang pos dan itu ditunggui beberapa orang yang juga tidak dikenal, itu sampai jam 4 pagi. Bisa dilihat dari CCTV," tegas Asiah saat konferensi pers di Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dikrimum) Polda Metro Jaya pada Minggu (5/1/2023) siang.

Asiah menuturkan, warga selama ini resah atas perbuatan Madih dan berujung tidak bisa melakukan proses Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), dikarenakan ada laporan dari Madih atas sengketa tanah milik keluarganya.

"Warga kami merasa resah karena kami tidak pernah bersengketa dalam tanah, dalam arti bukan haknya dari Bripka Madih untuk memasang patok di depan rumah warga kami. Kecuali mungkin itu sudah ada keputusan pengadilan. Nah warga kami merasa terganggu karena selama proses PTSL di wilayah kami, khusus di wilayah RT 4 RW3 yang menurut Bripka Madih belum pernah dijual dengan Girik Nomor 191 dan selisih luas, warga kami akhirnya tidak bisa mengikut PTSL 8 orang ini. Padahal warga kami sudah menyerahkan bukti-buktinya," jelas Asiah.

Asiah menungkapkan, warga merasa takut dan terganggu secara psikis atas sengketa tanah yang dilayangkan oleh Madih. Ia pun menceritakan beberapa peristiwa yang menunjukkan kearoganan Madih dengan warga sekitar.

"Saya sudah menjadi RT 4 tahun kemudianmenjadi RW. Ketika kami sedang rapat tiba-tiba kita diasapi karena posisinya bersebelahan dengan rumah beliau. Bapak bisa bayangkan ya kita lagi rapat, ditaruhi asap kemudian kami mengalami bau yang sangat anyir entah dari mana, tapi dari arah rumah beliau," jelasnya.

Selain itu, Madih pernah meneror para guru yang mengajar di samping rumahnya, berseteru soal pemasangan lampu jalan, hingga mengaliri setrum ke tiang listrik.

"Belum lagi, teror kepada guru-guru yang mengajar di sebelah rumah beliau, itu salah satunya. Kemudian kasus pernah beliau ini tiang listrik dikasih setrum, bapak bisa tanya ke warga RW dan beliau sempat bermasalah dengan salah satu warga kami karena memasang lampu di jalan. Hampir dia digebukin oleh orang AURI kalau kita enggak lindungi. Ini bisa dikonfirmasi ke warga kami," imbuh Asiah.

Asiah pun mengungkapkan, jangan seolah-olah hanya Mahdi yang merasa terzalimi atas kasus sengketa tanah ini. Namun, warga sekitar juga merasakan hal yang sama akibat dari sikap arogansi Madih.

"Saya hanya meluruskan, jangan seolah-olah hanya dia yang terzalimi. Tapi warga kami merasa terganggu dengan hal-hal yang beliau lakukan dengan sikap arogansinya. Ya kami mohon dengan keseimbangan berita juga, jadi jangan hanya Bripka Madih, tapi tolong warga kami juga diperhatikan," tambahnya.



Sumber: BeritaSatu.com

Bagikan

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI