Presiden Baru Guatemala Janji Bendung Migran ke AS

Guatemala City, Beritasatu.com- Tokoh konservatif Alejandro Giammattei telah terpilih sebagai presiden di Guatemala, Senin (12/8). Dia menang atas janji-janji untuk membendung migrasi massal ke Amerika Serikat (AS) dengan memerangi kemiskinan, korupsi dan kekerasan di negara Amerika Tengah.
Giammattei mengalahkan mantan ibu negara Sandra Torres dalam pemilihan putaran kedua, dan mengumpulkan lebih dari 58% suara. Torres, seorang sosial demokrat, hanya memenangi 42%.
Lebih dari 99% surat suara telah dihitung, menurut Mahkamah Pemilihan Umum, yang presidennya Julio Solorzano telah menyatakan bahwa hasilnya "sudah tidak dapat diubah" di tengah-tengah penghitungan.
Namun demikian, jumlah pemilih rendah dan data awal menunjukkan lebih dari 55% pemilih yang memenuhi syarat mungkin telah abstain dari pemungutan suara. Kondisi ini menggarisbawahi tantangan yang dihadapi Giammattei.
"Tujuan tercapai," kata Giammattei, seorang dokter berusia 63 tahun yang dikalahkan dalam tiga pencalonan presiden sebelumnya.
Giammattei akan mengambil alih jabatan pada Januari dari Presiden Jimmy Morales yang tercemar korupsi. Morales telah memberi selamat kepada Giammattei sebagai penggantinya dan menjanjikan transisi "transparan dan tertib".
Namun, Giammattei akan berada di bawah tekanan besar dari Amerika Serikat untuk menerapkan pakta migrasi kontroversial yang akan memungkinkan Washington mengirim sebagian besar pencari suaka Honduras dan Salvador yang melewati Guatemala kembali ke negara miskin yang diliputi kejahatan itu.
Korupsi adalah masalah utama menjelang putaran pertama pemilihan pada bulan Juni - yang menjadi puncaknya Torres. Tetapi isu korupsi telah digantikan oleh skandal politik mengenai kesepakatan migrasi.
Tidak ada kandidat presiden Guatemala yang datang dengan reputasi baik. Torres kiri tengah, yang mantan suaminya Alvaro Colom adalah presiden dari 2008-2012, telah dicurigai terlibat dalam korupsi.
Giammattei tidak jauh lebih baik.
Situs internet investigasi Nomada mencapnya sebagai "impulsif ... despotik, tiranik, berubah-ubah, pendendam," di antara ciri-ciri lainnya.
Tetapi Giammattei mendapat nilai bagus pada kekhawatiran pemilih seperti ekonomi, korupsi dan keamanan, menurut Risa Grais-Targow dari Grup Eurasia.
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI

ASN DKI yang Ingin Mendapat Promosi Bisa Kerja di IKN

Panduan Praktis Membuat Puisi yang Menginspirasi

Gus Miftah Ajak Gibran Serap Aspirasi Kiai dan Santri di Pesantren

Program Makan Siang dan Susu Gratis Prabowo-Gibran untuk Jadikan Bangsa Kuat

Orang Tua dan Anak-anak Jadi Korban, Israel Arogan dan Tak Paham Aturan Perang

Menkes Tegaskan Wabah Pneumonia di Tiongkok Bukan Virus Baru seperti Covid-19

26 Orang Diperiksa Kasus Aiman Sebut Oknum Aparat Tak Netral di Pemilu 2024

Pengurus Masjid di Jakut Buka Posko Relawan ke Palestina, 1.000 Orang Sudah Ambil Formulir

MarkPlus Conference ke-18 Digelar 6-7 Desember, Angkat Tema "Unstoppable Future"

Soal Gencatan Senjata, Kedubes Palestina Sebut Situasi di Gaza Masih Buruk

Masih Aman, Utang Negara Sentuh Rp 7.950,52 Triliun

Tangani Stunting, Pemkab Probolinggo Siapkan Program ASN Bapak Asuh

BTN Optimistis Target Laba Tercapai Ditopang Klaim Asuransi Jiwasraya

Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri ke SYL, 30 Saksi Diperiksa di 2 Lokasi

Populasi di Tiongkok Menyusut, Xi Jinping Dorong Organisasi Wanita Promosikan Budaya Melahirkan
1
5
B-FILES


Pemilu 2024 vs Kesejahteraan Mental Generasi Z
Geofakta Razali
Rakernas IDI dan Debat Pilpres 2024
Zaenal Abidin
Indonesia dan Pertemuan Puncak APEC
Iman Pambagyo