Turun ke Jalan, Biksu di Thailand Sumbangkan Makanan untuk Warga Terdampak Pandemi

Penulis: Surya Lesmana | Editor: LES
Rabu, 22 September 2021 | 12:07 WIB
Seorang biksu melepas alat pelindung diri seusai melakukan kremasi bagi korban Covid-19, di Wat Chin Wararam Worawihan, Bangkok, 30 Juli 2021.
Seorang biksu melepas alat pelindung diri seusai melakukan kremasi bagi korban Covid-19, di Wat Chin Wararam Worawihan, Bangkok, 30 Juli 2021. (AFP)

Bangkok, Beritasatu.com - Sekelompok biksu dan sukarelawan di Thailand mengenakan pakaian pelindung dan turun ke jalanan di pinggiran kota Bangkokdengan kereta golf yang menarik sebuah trailer berisi penuh dengan sayuran segar. Misi mereka adalah untuk menyumbangkan makanan dan kebutuhan kepada orang-orang yang rentan terkena dampak pandemi Covid-19.

"Bahan makanan ada di sini!" seorang biksu mengumumkan melalui pengeras suara.

Biksu Pornchai Kabmalee (28), mengemukakan gagasan itu beberapa bulan lalu ketika dia melihat kesulitan di sebuah komunitas di dekat kuilnya, Wat Siriphong Thamma Nimit.

"Saya dapat mengatakan, truk kami pada dasarnya memiliki semua yang dimiliki supermarket," katanya.

"Saya merasa takut (dengan Covid-19) sama seperti manusia lainnya, tetapi bagi saya, saya lebih takut tidak bisa membantu orang lain."

Truk itu keluar pada hari Minggu, melakukan beberapa perjalanan dan mencapai ratusan, berpotensi ribuan orang setiap bulan, kata Pornchai.

Saat truk datang, warga mulai berkumpul, masing-masing diperbolehkan memetik lima kantong hasil bumi, seperti tomat, labu kuning, bawang putih dan cabai, serta barang-barang lainnya seperti sabun, beras, dan telur.

"Makanan ini akan membuat saya merasa kurang lapar selama beberapa hari," kata Montri Boontheab, yang bekerja sebagai pengemudi bus untuk wisatawan Tiongkok.

Ia menganggur setelah pemerintah menghentika kegiatan pariwisata di era pandemi Covid-19.

"Saya telah menganggur selama satu tahun dan saya belum melihat masa depan saya."
Thailand telah mencatat lebih dari 1,5 juta infeksi Covid-19 dan 15.600 kematian, 99 persen di antaranya sejak April, yang memberikan tekanan besar pada ekonominya.

Harga produksi sebesar 50.000 baht (sekitar Rp 21 juta) per minggu, yang menurut para biksu awalnya berasal dari kantong mereka sendiri. Namun seiring dengan menyebarnya informasi dari mulut ke mulut, semakin banyak donasi yang datang.

Pornchai tidak yakin berapa lama lagi kuil akan menyediakan layanan, tetapi ia menantikan hari ketika itu tidak lagi diperlukan.

"Ketika orang bisa tersenyum lagi, saat itulah saya akan tahu bahwa misi telah tercapai," katanya.



Bagikan

BERITA TERKAIT

Kapolri Benarkan Pilot Susi Air Kapten Philips Disandera KKB Papua

Kapolri Benarkan Pilot Susi Air Kapten Philips Disandera KKB Papua

NEWS
Kapolri: Pilot dan Penumpang Susi Air yang Diamankan KBB Papua Sedang Dicari

Kapolri: Pilot dan Penumpang Susi Air yang Diamankan KBB Papua Sedang Dicari

NEWS
Gempa Turki, 104 WNI Tak Punya Tempat Tinggal Layak dan Segera Dievakusi ke Ankara

Gempa Turki, 104 WNI Tak Punya Tempat Tinggal Layak dan Segera Dievakusi ke Ankara

NEWS
Dubes RI: Gempa Turki, Ibu dan 2 Anak dari Indonesia Hilang Kontak

Dubes RI: Gempa Turki, Ibu dan 2 Anak dari Indonesia Hilang Kontak

NEWS
Erick Thohir Jelaskan ke Jokowi Simbol Baju Banser yang Dipakainya Saat Puncak 1 Abad NU

Erick Thohir Jelaskan ke Jokowi Simbol Baju Banser yang Dipakainya Saat Puncak 1 Abad NU

NEWS
Video Membeludaknya Warga Nahdliyin di Puncak 1 Abad NU

Video Membeludaknya Warga Nahdliyin di Puncak 1 Abad NU

NEWS

BERITA TERKINI

Loading..
ARTIKEL TERPOPULER





Foto Update Icon