Washington, Beritasatu.com- Virus Ebola dapat bertahan di otak manusia yang selamat selama bertahun-tahun, lalu muncul kembali untuk menyebar dan membunuh. Seperti dilaporkan RT, Jumat (11/2/2022), hal itu diungkap lewat studi yang diilakukan tim di US Army Medical Research Institute of Infectious Diseases (USAMRIID).
Para peneliti memperingatkan wabah baru mungkin disebabkan oleh virus Ebola (EBOV), yang bersembunyi di otak dan aktif kembali pada pasien yang dirawat. Penelitian, yang diterbitkan pada hari Rabu dan dijuluki "terobosan" oleh komunitas ilmiah, telah menemukan bahwa Ebola mungkin bersembunyi di otak mereka yang diperkirakan telah pulih beberapa tahun lalu setelah pengobatan antibodi.
Menurut para peneliti, infeksi terus-menerus pada orang yang selamat membuat mereka menyebarkan virus lagi, berpotensi menyebabkan wabah baru.
Setelah mengaitkan beberapa wabah Ebola baru-baru ini di Afrika dengan infeksi persisten pada pasien yang sebelumnya selamat dari penyakit tersebut, para peneliti bertujuan untuk menemukan di mana tepatnya virus itu berada di dalam tubuh, menghindari antibodi.
Untuk menemukan virus yang bersembunyi, peneliti menggunakan model primata bukan manusia, yang paling dekat merekapitulasi penyakit virus Ebola pada manusia.
Peneliti menemukan "peradangan parah dan infeksi virus Ebola masif" di otak sekitar satu dari lima kera yang telah menerima pengobatan antibodi monoklonal (mAb). Virus bertahan secara khusus di sistem ventrikel otak, di mana cairan serebrospinal diproduksi, disirkulasikan, dan dikandung.
Meskipun dibersihkan dari semua organ lain dengan terapi yang efektif, virus ini mampu muncul kembali untuk menyebabkan penyakit mematikan, sementara juga merusak jaringan otak.
“Temuan ini berimplikasi pada upaya tindak lanjut jangka panjang untuk mengurangi konsekuensi individu (penyakit kambuh/kambuh kembali) dan kesehatan masyarakat (penyebaran wabah) dari persistensi virus pada orang yang selamat dari infeksi EBOV,” bunyi peringatan peneliti.
Selama beberapa epidemi Ebola terburuk baru-baru ini di Afrika barat, lebih dari 28.600 kasus dilaporkan antara 2013-2016. Lebih dari 11.300 pasien meninggal, tetapi yang selamat masih bisa menyimpan virus dan menularkannya.
Tahun lalu, wabah penyakit virus Ebola di Guinea dikaitkan dengan beberapa kasus pasien yang terus-menerus terinfeksi, yang selamat dari wabah besar sebelumnya setidaknya lima tahun lalu. Namun, lokasi persembunyian yang tepat dari virus di dalam tubuh tidak diketahui pada saat itu.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com