Dalam pernikahan dengan penerapan protokol kesehatan ketat yang digelar hari ini di Geo Open Space, Badung, Bali, Annisa mengenakan gaun berasal dari seprai bekas yang didaur ulang (upcycle) dengan desain sederhana yang dibuat di penjahit konvensional.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi limbah kain/tekstil yang melimpah. Cinderamata pernikahan berupa gelas dari botol kaca bekas dan diberi tulisan dengan laser. Tidak ada hiasan bunga berbahan plastik, semuanya merupakan tanaman asli dari alam, beberapa di antaranya bunga mawar yang didatangkan langsung dari petani lokal. Menu makanan berupa sajian tradisional Bali dengan bahan lokal dan alat makan dari bahan alami, yakni anyaman bambu.
“Di Bali hotel-hotel selalu mengganti bed sheet atau seprai. Kalau hotel bintang 5 atau resor mewah punya standar setelah 500 kali cuci harus diganti. Ini menghasilkan limbah sekaligus peluang kewirausahaan sosial. Ini yang salah satunya saya garap sebagai usaha sekaligus melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai kepedulian lingkungan,” ungkap Annisa yang awalnya pindah ke Bali dari Jakarta untuk magang di bidang social entrepreneur.
“Tidak hanya menerapkan pesta pernikahan berwawasan lingkungan saat resepsi acara berlangsung, kami juga akan mengumpulkan sampah organik sisa acara pernikahan untuk dijadikan pupuk kompos. Kami sangat bersyukur sejak awal orangtua kami mendukung konsep pernikahan yang sederhana tapi memberikan dampak bagi lingkungan." papar Johan.
"Awalnya, tahu program #FlipSehidupSemati ketika ngobrol-ngobrol dengan wedding organizer. Mereka yang menyarankan kami untuk ikut dan kami bahagia banget bisa dipilih Flip untuk mengeksekusi konsep pernikahan seperti ini. Terima kasih, Flip,” ujar Johan semringah.
Baca selanjutnya
Program #FlipSehidupSemati ini menyediakan biaya pernikahan sebesar Rp 100 juta kepada ...
Halaman: 123selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com