Indonesia Kaya Raya
Doni Monardo menyodorkan fakta menakjubkan. “VOC yang bercokol di tanah air kita tiga abad lebih, saat ini menjadi salah satu perusahaan terkaya di dunia. Asetnya mencapai US$ 7,9 triliun (sekitar Rp 115 kuadriliun rupiah). Satu kuadriliun sama dengan seribu triliun. Sedangkan APBN kita, Rp 2.800 triliun. Bandingkan!” kata Doni seraya menambahkan, “kekayaan itu sebagian besar disumbang dari hasil rempah-rempah kita.”
VOC adalah monumen sejarah yang nyata: kaya raya karena rempah-rempah Nusantara. Bahkan pernah satu masa, harga satu kilogram pala sama dengan harga 1 kilogram emas. Bukti nyata adalah Pulau Run di Kepulauan Banda (Maluku) yang menjadi ajang rebutan Inggris dan Belanda.
Mati-matian Belanda dan Inggris berperang untuk menguasai perdagangan dunia. Terhitung dari tahun 1652-1654 perang pertama dilakukan dan perang kedua dimulai dari tahun 1665. Hingga akhirnya pada 31 Juli 1667, Traktat Breda dikeluarkan untuk memberi solusi damai dari perang-perang tersebut.
Salah satu isi dari Traktat Breda adalah Inggris harus mengakhiri kekuasaan mereka di Pulau Run, Kepulaun Banda, dan menyerahkan kepada Belanda. Sebagai gantinya, koloni Belanda, yakni Nieuw Amsterdam di Amerika Utara (kini Manhattan, New York) diserahkan ke Inggris. “Manhattan kini salah satu kota megah dan kaya raya di Amerika Serikat, sementara Pulau Run di Maluku, begitu-begitu saja,” ujar Doni prihatin.
Berikut, Doni menyebut tanaman nilam. Dikatakan, Nilam berasal dari singkatan Nederlands Indische Land ook Acheh Maatzchappij, sebuah perusahaan Belanda yang mengatur perdagangan dan sistem penjualan dari tanaman Patchouli. Perusahaan Belanda waktu itu bekerjasama dengan para Ulee Balang dalam pengelolaan ladang nilam di Aceh.
Hasil penelitian menyebutkan Nilam Aceh merupakan nilam terbaik dengan kandungan Patchouli Alkohol (PA) di atas 30 persen sehingga banyak dicari. “Begitu banyak kekayaan Nusantara. Bahkan saat kunjungan ke Belanda Mei 2019, saya menemukan tulisan ‘Specerijenmagazijn, Indie’s Welvaren’, yang artinya ‘Gudang rempah-rempah, harta kekayaan melimpah dari bumi Indonesia’. Itu adalah bukti nyata dan pengakuan dari Belanda yang tiga-setengah abad menjajah kita,” ujar Doni.
Di berbagai pulau, kita menjumpai banyak peninggalan berupa benteng. Selain benteng Belanda (VOC), ada benteng Inggris, Portugis, dan Spanyol. “Negara-negara itu pernah meraup hasil bumi kita untuk kesejahteraan mereka,” tambahnya.
Atas fakta sejarah masa lalu, Doni pun bertanya, “Bisakah kita mengulang sejarah itu?”, lalu dijawabnya sendiri, “Bisa, asal kita mau!” Ia bahkan meyakini, jika sektor rempah digarap dengan baik, Indonesia bisa lebih kaya dari VOC.
Doni mengingatkan, potensi tambang Indonesia pada saatnya akan habis. Tambang emas, nikel, bauksit, aluminium, batubara, akan habis. Tidak ada tambang yang abadi.
Satu-satunya yang tidak akan pernah habis, serta baik untuk generasi mendatang adalah vegetasi yang punya nilai ekonomi. Indonesia sejak dahulu terkenal dengan kekayaan rempah. Ditambah aneka kayu yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti gaharu, cendana, masoya, nilam, dan sebagainya.
PPAD Jawa Timur bisa memulainya dengan merajut kolaborasi dengan Pemprov, didukung TNI-Polri serta unsur-unsur masyarakat yang lain.
“Hingga hari ini, kita masih sangat tergantung pada obat-obatan impor. Padahal, kita memiliki aneka jenis tanaman herbal yang bisa menjadi obat. Sudah terbukti pula, herbal mampu meningkatkan imunitas tubuh manusia,” tambah Doni.
“Satu contoh saja, perusahaan jamu PT Sido Muncul Semarang, tahun lalu membukukan angka keuntungan Rp 1,2 triliun. Ini sangat luar biasa. Contoh itu bisa menjadi benchmark. Jawa Timur memiliki potensi sebagai penghasil obat-obatan herbal. Mari kita sama-sama berusaha mengurangi obat impor, dan sebaliknya kita ekspor obat herbal,” katanya.
Ia meminta para purnawirawan mengubah paradigma. Mengubah mindset. Usia 50-an, 60-an, masih bisa produktif. “Ingat, negara akan kuat kalau ekonomi rakyatnya juga kuat," ujarnya.
PPAD, telah mendapat komitmen dari banyak pihak, termasuk kementerian dan lembaga negara. Di antaranya Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian BUMN (termasuk pasar digital BUMN), lembaga perbankan pemerintah, Kadin, perusahaan swasta, serta beberapa platform e-commerce.
PPAD harus terlibat aktif dalam ikut menggerakkan ekonomi masyarakat. Selain sektor “emas hijau”, juga budidaya laut. Peluang lain juga ada di sektor peternakan. Di bidang peternakan, PPAD bahkan sudah mengikat kerjasama dengan PT Berdikari (Persero).
“Mulailah dengan ikut meningkatkan ekonomi di sekitar kita. Bahkan bisa membuka lapangan kerja bagi para korban PHK. Di bawah kepemimpinan Ketua DPD PPAD Jawa Timur, pak Heru, dibantu Kodam V/Brawijaya, Pemprov Jatim bisa menjadi penggerak ekonomi, utamanya di Jawa Timur,” kata Doni pula.
Pada sesi kedua, dilakukan tatap muka dan presentasi mitra PPAD. Mereka adalah Kadin Jawa Timur, UMKM, BRI, dan PT Bangka Asindo Agri. Yang terakhir, mempresentasikan produk olahan sagu berupa mie sagu (Sagoo Mee).
Baca selanjutnya
Tancap GasBegitulah, di setiap kunjungannya, Doni Monardo menggugah semangat para purnawirawan. ...
Halaman: 123selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: PR