New York, Beritasatu.com- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyerukan diakhirinya perang absurd Rusia di Ukraina. Seperti dilaporkan Al Jazeera, Selasa (22/3/2022), Guterres memperingatkan bahwa gaung perang dapat berubah menjadi krisis kelaparan global.
Guterres memperingatkan bahwa konflik di Ukraina tidak akan kemana-mana, dan bahwa orang-orang Ukraina bertahan di neraka yang hidup.
"Melanjutkan perang di Ukraina secara moral tidak dapat diterima, tidak dapat dipertahankan secara politik dan secara militer tidak masuk akal," kecam Guterres kepada wartawan di New York, Selasa.
Rusia membombardir pelabuhan Mariupol Ukraina yang terkepung menjadi "abu tanah mati". Dewan lokal Mariupol menggambarkan dua bom besar lagi yang jatuh di kota yang telah dikepung oleh pasukan Rusia selama berminggu-minggu.
“Bahkan jika Mariupol jatuh, Ukraina tidak dapat ditaklukkan kota demi kota, jalan demi jalan, rumah demi rumah. Perang ini tidak bisa dimenangkan. Cepat atau lambat, itu akan harus pindah dari medan perang ke meja perdamaian,” kata Guterres.
“Sudah waktunya untuk mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini,” katanya.
Rusia meluncurkan apa yang disebutnya operasi militer khusus pada 24 Februari. Rusia menyatakan bahwa operasi itu bertujuan untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina. Kyiv dan sekutu Baratnya menuduh Moskwa menyerang warga sipil tanpa pandang bulu. Moskwa membantah menargetkan warga sipil.
Guterres mengatakan sekitar 10 juta orang Ukraina telah melarikan diri dari rumah mereka. Dia memperingatkan bahwa gema perang sedang dirasakan secara global "dengan meroketnya harga makanan, energi dan pupuk yang mengancam akan menjadi krisis kelaparan global".
“Ada cukup banyak di atas meja untuk menghentikan permusuhan, sekarang dan bernegosiasi secara serius, sekarang,” kata Guterres.
Pembicaraan selama sebulan antara pejabat Ukraina dan Rusia sejauh ini gagal menghentikan atau bahkan memperlambat perang. Konflik kedua negara telah memaksa sekitar 3,5 juta warga Ukraina tidak hanya meninggalkan rumah mereka, tetapi juga melarikan diri dari negara itu.
Komentar Sekjen PBB itu muncul ketika presiden Ukraina menegaskan kembali kesiapannya untuk membahas komitmen dari Ukraina untuk tidak mencari keanggotaan NATO sebagai imbalan atas gencatan senjata, penarikan pasukan Rusia, dan jaminan keamanan Ukraina.
Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan pula Kyiv akan siap untuk membahas status Krimea dan wilayah Donbas timur, setelah gencatan senjata dan langkah-langkah untuk memberikan jaminan keamanan. Dua wilayah itu sebagian dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com