Jakarta, Beritasatu.com – Pandemi Covid-19 membawa banyak perubahan dalam dunia pendidikan di semua level, terutama kebijakan jarak sosial dan pembatasan pergerakan yang mempengaruhi praktik pendidikan tradisional.
Di Indonesia, praktik penerapan kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih bervariasi baik dalam kualitas, pelaksanaan kurikulum, fasilitas pendukung, serta perubahan mekanisme pembelajaran yang sering bergantung pada angka peningkatan dan penurunan Covid-19 di daerahnya.
Sekretaris Jenderal, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Suharti Sutar mengakui, selama PJJ dilaksanakan, learning loss yang dialami oleh para pelajar di Indonesia semakin besar. "Apalagi untuk pelajar-pelajar yang berasal dari kalangan termarjinalkan, seperti siswa dan mahasiswa yang tinggal di daerah 3T, hingga anak-anak dengan orang tua berpendapatan menengah ke bawah, kata Suharti
Namun, dengan diterapkannya kurikulum darurat sejak tahun lalu, Suharti menilai bahwa learning loss yang terjadi semakin kecil. “Dengan kurikulum biasa, anak-anak bebannya sangat besar. Dengan pengurangan-pengurangan yang ada di dalam kurikulum darurat ini, meskipun pada kurikulum inti menjadi lebih baik,” kata Suharti dalam webinar Knowledge Sector Initiative (KSI), Rabu (23/3/2022).
Hal senada juga dikatakan Chair Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network (AIDRAN), Dina Afrianty. Ia menjelaskan, PJJ tidak hanya memberikan dampak buruk pada siswa biasa saja, melainkan juga kepada siswa dengan kebutuhan khusus. Bahkan sistem pembelajaran ini dinilai lebih sulit untuk dilakukan oleh siswa dengan kebutuhan khusus.
Baca selanjutnya
Berdasarkan penelitian AIDRAN dengan guru-guru di berbagai wilayah Indonesia, banyak siswa ...
Halaman: 123selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com