Sofia, Beritasatu.com- Bulgaria mengakhiri skema paspor emas yang kontroversial. Seperti dilaporkan Al Jazeera, Kamis (24/3/2022), Komisi Eropa memang telah berulang kali menyerukan penghapusan skema tersebut karena menciptakan insentif untuk korupsi dan pencucian uang.
Skema tersebut memungkinkan orang asing untuk memperoleh tempat tinggal ketika mereka menginvestasikan minimal 500.000 euro (US$ 550.000 atau Rp 7,8 miliar) di Bulgaria, dan kewarganegaraan ketika mereka menginvestasikan satu juta euro (US$ 1,1 juta atau Rp 15,7 miliar).
Penerima manfaat paspor emas terutama warga negara dari Rusia, Tiongkok, dan Timur Tengah.
Pemerintah baru Bulgaria, yang menjadikan pemberantasan korupsi sebagai prioritas utama, telah mendesak parlemen untuk menghentikan pemberian paspor semacam itu pada Januari.
Keputusan oleh MPS Bulgaria pada Kamis (24/3) datang setelah pemberian paspor emas kembali dikecam oleh Parlemen Eropa sehubungan dengan sanksi Barat yang menargetkan oligarki Rusia atas invasi Moskwa ke Ukraina.
Awal bulan ini, anggota parlemen mengulangi seruan mereka di Bulgaria, Malta dan Siprus untuk membatalkan baik "paspor emas" dan "visa emas".
Komisi Eropa telah berulang kali menyerukan penghapusan skema tersebut karena mereka menciptakan insentif untuk korupsi dan pencucian uang.
Sebagai bagian dari keputusan, anggota parlemen juga mengizinkan peninjauan penuh terhadap semua paspor yang diberikan sejak skema tersebut diluncurkan pada 2013.
Menurut kementerian kehakiman, sekitar 100 paspor semacam itu telah diberikan hingga saat ini. Pemerintah sementara sebelumnya tahun lalu menandai kekhawatiran tentang kemungkinan penyimpangan dalam 47 kasus.
Terlepas dari keputusan tersebut, pemilik paspor emas masih akan ada opsi untuk memperoleh izin tinggal di bawah skema tersebut.
Malta juga menyatakan akan menangguhkan pemberian paspor emas kepada Rusia dan Belarusia sampai pemberitahuan lebih lanjut setelah invasi ke Ukraina.
Menurut Parlemen Eropa, setidaknya 130.000 orang memperoleh "paspor emas" atau "visa emas" di blok tersebut antara 2011 dan 2019, menghasilkan 21,8 miliar euro (US$ 23,9 miliar atau Rp 342 triliun) untuk negara-negara yang bersangkutan.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com