Jakarta, Beritasatu.com- Indonesia terus melanjutkan transformasi ekosistem layanan kesehatan digital. Saat ini, semakin banyak warga di daerah perkotaan dan pedesaan yang menggunakan layanan telemedicine untuk membantu masyarakat segera pulih dari Covid-19.
Menurut Setiaji, Chief dari Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, masih terdapat lebih banyak catatan rekam medis yang tersimpan dalam bentuk kertas dibandingkan digital. Akibatnya, sebagian besar data kesehatan tidak konsisten dan tidak update.
“Covid-19 memperlihatkan permasalahan sistemik yang harus diperbaiki, di mana peningkatan kapasitas dan resiliensi sistem kesehatan perlu dilakukan. Pandemi jadi semacam akselerator buat kita. Kami berharap pandemi ini bisa memberikan
langkah-langkah percepatan,” ujar Setiaji saat HIMSS Indonesian Digital Transformation Symposium di Hotel Mulia Senayan, Jakarta pada Rabu (25/5/2022).
Pada tahun kedua Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024, Healthcare Information and Management Systems Society (HIMSS) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia akan berkolaborasi menyempurnakan regulasi, teknologi, sumber daya manusia, dan infrastruktur kesehatan sebagai bagian dari transformasi kesehatan digital negara.
Transformasi ini berfokus pada hasil yang berdasarkan solusi-solusi intelijen pemasaran, meliputi penilaian indikator kesehatan digital. Mengutamakan integrasi dan pengembangan sistem aplikasi data dan layanan kesehatan Indonesia, perbaikan
tersebut pada akhirnya akan meningkatkan kualitas kebijakan kesehatan negara, efisiensi pelayanan kesehatan di setiap puskesmas, serta menciptakan ekosistem kesehatan yang kolaboratif antara pemerintah pusat, industri, dan masyarakat
Indonesia.
Menurut Fathema Djan Rachmat, Presiden Direktur Indonesia Healthcare Corporation, hanya terdapat sekitar tiga puluh orang programmer yang bergabung dalam timnya. Jumlah itu sangat sedikit jika dibandingkan dengan kurang lebih enam ribu anggota staf yang mendukung sistem IT Mayo Clinic di Amerika Serikat. Kondisi itu merupakan tantangan besar dalam transformasi digital pelayanan kesehatan.
“Challenge yang paling kita hadapi itu adalah working talent, di mana kita ketemu para dokter yang bisa bekerja bersama-sama dengan IT, dan orang-orang IT yang bisa bekerja dengan orang-orang medis,” jelasnya.
Telemedicine akan terus memainkan peranan penting di era pascapandemi. Para dokter dan pasien telah merasakan kemudahan dan kenyamanan dalam mengakses dan menerima perawatan kesehatan dengan aman dari lokasi terpencil sekalipun.
Selain itu, para penyedia layanan kesehatan juga mengacu kepada pendekatan perawatan yang berfokus pada kesehatan secara keseluruhan, bukan intervensi sesekali. Konsultasi telemedicine dapat menjembatani kebutuhan masyarakat untuk
perawatan sejenis di masa mendatang.
Sementara itu, Simon Lin dari HIMSS mengatakan, organisasi nirlabanya telah memulai berbagai proyek dengan Indonesia Healthcare Corporation, Siloam Hospitals Group, serta RS Pondok Indah Group untuk mengukur kematangan maupun kapasitas kesehatan mereka secara digital.
“Kami bertujuan untuk menemukan cara memanfaatkan percepatan kesehatan digital yang sebagian terjadi akibat pandemi,” ujarnya Rabu.
HIMSS Indonesian Digital Transformation Symposium bukanlah satu-satunya acara yang diselenggarakan HIMSS untuk mensosialisasikan dan menyempurnakan transformasi layanan kesehatan digital Indonesia. HIMSS22 APAC Health Conference & Exhibition (Konferensi & Pameran Kesehatan APAC HIMSS22) akan diadakan di Bali dari 27 September hingga 28 September 2022, yang turut mengundang para penyedia layanan kesehatan dan pakar dari seluruh kawasan Asia-Pasifik.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com