Yangon, Beritasatu.com – Puluhan anak-anak telah tewas, dan seratus lebih disiksa di Myanmar sejak kudeta tahun lalu, kata seorang pakar PBB, Selasa (14/6/2022). Dikatakan, anak tewas, tidak hanya dalam baku tembak konflik tetapi sebagai sasaran yang disengaja dari junta militer,
Anak-anak di bawah umur dipukuli dan ditikam dan kuku jari atau giginya dicabut selama interogasi, sementara beberapa orang dipaksa untuk menjalani eksekusi palsu, menurut laporan dari pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar, Tom Andrews.
Junta telah berulang kali memarahi PBB dan negara-negara Barat karena campur tangan dan menolak tuduhan bahwa mereka melakukan kekejaman. Seorang juru bicara militer tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar pada hari Selasa.
Berdasarkan kontribusi dari badan-badan PBB, kelompok-kelompok kemanusiaan dan hak asasi manusia dan organisasi masyarakat sipil, laporan itu mengatakan 250.000 anak-anak terlantar akibat pertempuran, dan sedikitnya 382 tewas atau cacat, termasuk oleh serangan udara atau artileri berat.
"Serangan tanpa henti junta terhadap anak-anak menggarisbawahi kebobrokan dan kesediaan para jenderal untuk menimbulkan penderitaan besar pada korban yang tidak bersalah dalam upayanya untuk menundukkan rakyat," kata Andrews dalam sebuah pernyataan.
"Serangan junta terhadap anak-anak merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang."
Baca selanjutnya
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer merebut kekuasaan awal tahun lalu ...
Halaman: 12selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: cna/reuters