Kyiv, Beritasatu.com- Ukraina memberikan jaminan senjata pasokan Barat tidak digunakan untuk menyerang wilayah Rusia. Seperti dilaporkan RT, Rabu (22/6/2022), hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht kepada anggota parlemen setelah mengonfirmasi pengiriman howitzer.
“Satu paket berisi tujuh howitzer self-propelled PzH 2000 Jerman 155-milimeter telah tiba di Ukraina. Kyiv berjanji untuk tidak menyerang target di Rusia dengan senjata Jerman,” kata Lambrecht.
Menteri Pertahanan Ukraina Aleksey Reznikov mengunjungi Brussel minggu lalu dan mengambil bagian dalam beberapa pertemuan terkait invasi Rusia.
“Penting baginya untuk membuat jaminan yang jelas bahwa senjata itu hanya akan digunakan untuk pertahanan dan tidak akan digunakan untuk menyerang wilayah Rusia,” kata Lambrecht.dalam satu laporan kepada Bundestag.
Pada Selasa, Reznikov mengumumkan pengiriman PzH 2000-an ke Ukraina. Dia secara pribadi berterima kasih kepada Lambrecht atas kiriman tersebut. Reznikov mengatakan pasukan Ukraina yang dilatih Jerman akan membawa perlawanan ke medan perang.
Pemerintah Ukraina memberikan janji serupa kepada pemasok senjata berat Barat lainnya, yang khawatir bahwa penggunaannya terhadap target di Rusia dapat meningkatkan konflik secara serius. Para pejabat di Kyiv mengindikasikan bahwa mereka menganggap Krimea sebagai bagian dari negara Ukraina daripada Rusia. Atas dasar itu, kemungkinan Krimea akan diserang dengan senjata Barat.
Kepada anggota parlemen, Menteri pertahanan Jerman mengatakan bahwa mulai minggu depan spesialis artileri Ukraina akan memulai pelatihan dalam penggunaan varian Jerman dari sistem roket M270 MLRS buatan AS, MARS II. Berlin akan mengirim tiga peluncur tersebut ke Ukraina, turun dari rencana awal untuk empat unit peluncur.
Pada Selasa, Berlin merilis rincian senjata dan peralatan militer yang dijanjikan akan dikirim ke Ukraina. Di antara senjata berat dalam daftar adalah 54 pengangkut personel lapis baja M113, 30 senjata antipesawat self-propelled Gepard dan satu sistem pertahanan udara IRIS-T SLM.
Rusia menyerang Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskwa atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Sejak itu, Kremlin menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kyiv menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim itu berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com