Jakarta, Beritasatu.com - Satgas Penanganan Covid-19 menyebut sekarang banyak masyarakat sudah kurang mewaspadai wabah pandemi virus Corona karena menganggap Covid-19 sebagai flu biasa saja, bukan penyakit yang menakutkan seperti awal ditemukan.
Kepala Sub Bidang Dukungan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Nasional, Brigjen TNI (Purn) dr Alexander Kaliaga Ginting mengatakan hal ini bisa menjadi menjadi dampak jangka panjang ke depan karena banyak pihak merasa sudah memiliki imunitas dengan menerima vaksinasi 3 dosis (booster) atau dua dosis (primer).
"Hasilnya, mereka merasa menganggap Covid-19 ini sudah seperti flu biasa saja. Jadi bahasa publik seperti flu itu yang akhirnya membuat orang-orang tidak waspada lagi, padahal saat ini Indonesia bisa saja menuju terjadi puncak gelombang keempat bila positivity rate-nya kita melonjak naik hingga di atas 5 % secara nasional bila tidak berhati-hati," katanya kepada Beritasatu.com, Senin (27/6/2022).
Ia menyarankan, Covid-19 dengan flu ataupun tidak flu seharusnya masyarakat tetap mewaspadainya meski subvarian BA.4 dan BA.5 ini tingkat kesakitan atau klinisnya ringan. Tetapi yang diwaspadai adalah dampak jangka panjangnya.
Saat terinfeksi satu hingga dua minggu bisa sembuh. Tetapi hal ini bisa berdampak panjang ke depan seperti napas yang mudah sesak atau pendek-pendek. Dampak jangka panjangnya saat ini masih diamati karena mirip seperti varian Delta.
Dikatakan, dampak panjang varian Delta adalah long Covid. Namun untuk subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini belum diketahui secara pasti dampak jangka panjangnya karena di dalam spike protein terdapat lebih dari 30 macam mutasinya dan di dalamnya ada karakteristik varian Delta.
Oleh karenanya, masyarakat jangan menganggap remeh dan waspada khususnya untuk anak kecil, usia lanjut, dan orang dengan komorbid (penyakit penyerta). Memang klinisnya ringan dan dirawat terbilang singkat, tetapi dampaknya jangka panjang ini yang perlu diwanti-wanti. Hal ini bisa berdampak dan berbahaya karena akibat mengalami seringnya sesak napas yang membuat fisik tubuh tidak sekuat sebelumnya.
Sementara untuk provinsi yang perlu mendapat perhatian khusus kasus Covid-19 saat ini adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Hal ini dikarenakan kenaikan angka Covid-19 di wilayah tersebut terbilang tinggi dan didominasi oleh Omicron.
"Maka dari itu perlu jurus ampuh agar jumlah kasus bisa ditekan agar tidak mencapai 20.000 sehari seperti yang ditakutkan. Apa itu yakni jalankan protokol kesehatan (prokes) secara disiplin. Tetap menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Tetap membawa dan menggunakan hand sanitizer, termasuk di tempat umum atau ruang publik seperti di dalam bioskop dan lainnya," ungkap dr Alexander.
Kemudian, ujar Alexander, masyarakat juga harus diubah pola pikirnya soal vaksinasi Covid-19. Sebelumnya vaksin dosis ketiga (booster) ini dikaitkan dengan syarat perjalanan. Dengan adanya subvarian baru ini, booster harus dikaitkan dengan keamanan dan keselamatan. "Ingat ini untuk keberlangsungan hidup," ujarnya.
"Jadi jangan gara-gara semata persyaratan perjalanan, kita baru melakukan vaksinasi ketiga. Ini harus disampaikan ke masyarakat supaya tetap ikut melakukan vaksinasi lengkap dan booster, apapun jenis vaksinasi ikuti saja dan tidak perlu dipertanyakan jenis dan asal-usulnya karena yang pasti, vaksin itu resmi dari pemerintah dan bila disuntikkan menjadi bermanfaat bagi keselamatan kita semua," pungkas Alexander.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com