Kyiv, Beritasatu.com- Ukraina mengonfirmasi kedatangan pasokan senjata berat dari Jerman. Seperti dilaporkan RT, Senin (25/7/2022), Menteri Pertahanan Jerman Aleksey Reznikov mengatakan sistem anti-pesawat dan amunisi Gepard telah dikirim ke Ukraina.
“Kami sedang menunggu 15 Gepard pertama. Tiga telah tiba di Ukraina hari ini. Mereka sudah siap digunakan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina. Ini adalah sistem anti-pesawat, di mana puluhan ribu amunisi telah ditransfer kepada kami,” kata Reznikov di televisi nasional.
Sejak invasi Rusia, Jerman sebelumnya telah berjanji untuk mengirimkan setidaknya 30 tank pertahanan udara Gepard ke Ukraina. Pengiriman pertama dari 15 tank diharapkan telah tiba sebelum akhir bulan ini, sementara 15 lainnya akan dikirimkan pada bulan Agustus.
Pengiriman senjata pada Senin menandai kedua kalinya Jerman menyerahkan senjata berat ke Ukraina setelah mengirim tujuh Panzerhaubitze (PzH) 2000 self-propelled howitzer lapis baja bersama dengan perangkat keras militer lainnya pada pertengahan Juni.
Sejauh ini, Berlin telah memasok Angkatan Bersenjata Ukraina dengan 3.000 peluncur roket anti-tank portabel Panzerfaust 3, 14.900 ranjau anti-tank, 500 Stinger yang dirancang AS, dan 2.700 rudal anti-pesawat portabel Strela yang dirancang Soviet.
Selain itu, 100 senapan mesin MG3, 50 roket penghancur bunker untuk peluncur, 21,8 juta butir amunisi untuk senjata ringan, dan 100.000 granat tangan juga telah dikirimkan, di antara barang-barang lainnya.
Meskipun Berlin secara konsisten menyediakan berbagai persenjataan kepada Kyiv sejak awal operasi militer Rusia pada bulan Februari, beberapa pejabat Ukraina terus mengkritik pemerintah Jerman karena tertinggal dari AS dan Inggris dalam hal pengiriman senjata.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht bersikeras bahwa Berlin tidak dapat "memberikan lebih banyak," dan bahwa pihaknya tidak akan mengirim senjata ke Kyiv dengan mengorbankan kemampuan pertahanannya sendiri.
Rusia telah berulang kali memperingatkan Barat agar tidak mengirim senjata ke Kyiv, dengan mengatakan ini hanya akan memperpanjang konflik, meningkatkan jumlah korban, dan mengakibatkan konsekuensi jangka panjang.
Moskwa mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kyiv untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberi wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina. Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014.
Mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kyiv adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kyiv menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com