Jakarta, Beritasatu.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan masyarakat harus mendapatkan vaksin ketiga atau booster paling tidak 50 persen, agar dapat menjaga ketahanan negara terhadap Covid-19. Namun, hingga saat ini, masyarakat Indonesia yang mendapatkan vaksin booster masih kurang dari 30 persen.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro, mengatakan ketahanan negara Indonesia terhadap pandemi Covid-19 berasal dari ketahanan daya tahan tubuh masing-masing masyarakatnya. Sehingga dengan capaian vaksinasi Covid-19 yang tinggi, maka pemerintah dapat menekan jumlah kasus.
"Untuk itu, kembali saya sampaikan, sangatlah diimbau agar semua penduduk Indonesia segera melengkapi vaksinasi booster atau suntikan vaksin ketiga," kata Reisa Broto Asmoro saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis, (27/10/2022).
Dengan demikian, kata Reisa, jumlah orang yang terinfeksi menurun dengan adanya penurunan penularan. Tidak hanya itu, peningkatan vaksin booster juga akan menurunkan risiko kalau sampai terinfeksi Covid-19 terhadap gejala penyakit yang berat dan kematian.
Dipaparkannya, hingga 25 Oktober 2022, jumlah masyarakat yang telah menyelesaikan dosis ketiga atau vaksin booster baru mencapai 64,8 juta orang atau sebesar 27,6 persen. Padahal WHO menyarankan masyarakat harus mendapat vaksin booster sejak beberapa bulan yang lalu adalah sebanyak 50 persen dari total jumlah penduduk.
"Sehingga Indonesia masih harus terus mengejar ketertinggalan," ujar Reisa Broto Asmoro.
Padahal, lanjut Reisa, jumlah masyarakat yang sudah melengkapi 2 dosis suntikan ada lebih dari 73,2 persen dari total sasaran. Artinya, banyak yang belum melanjutkan untuk melakukan vaksinasi booster.
"Terima kasih kepada masyarakat yang sudah melengkapi vaksinasinya dan juga telah booster," terang Reisa Broto Asmoro.
Terkait subvarian baru XBB atau BA.2.10 yang merupakan mutasi dari subvarian BA.2 Omicron, Reisa menerangkan, WHO menyatakan vaksin yang tersedia masih efektif. Meski berdasarkan studi di Tiongkok, subvarian XBB ini dapat menghindari antibodi.
"Yang artinya orang yang pernah terinfeksi varian lain sebelumnya dan yang sudah mendapatkan vaksin lengkap, tetap berisiko untuk dapat terinfeksi varian baru ini juga," papar Reisa Broto Asmoro.
Tetapi, sambung Reisa, vaksin booster akan melindungi masyarakat dari risiko penyakit yang parah. Sehingga vaksin masih merupakan hal yang sangat penting untuk menekan gejala yang timbul dan risiko kematian yang diakibatkannya.
Untuk ketersediaan vaksin, Reisa menegaskan pemerintah terus berupaya menyediakan dengan skema pengadaan dan juga hibah. Saat ini, sebanyak 5 juta dosis vaksin Pfizer telah tersedia.
"Dalam akhir minggu setelah pengujian dari BPOM selesai, dapat segera didistribusikan ke seluruh provinsi," tutup Reisa Broto Asmoro.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com