Depok, Beritasatu.com - Menjadi pengemudi ojek online (ojol) seperti di Gojek telah menjadi pilihan jutaan masyarakat Indonesia untuk menopang ekonomi keluarga. Tidak hanya laki-laki, tetapi juga perempuan.
Salah satunya, Yulia Kartika Sari, perempuan 49 tahun asal Depok, Jawa Barat yang ikut menggantungkan hidupnya di jalanan sebagai pengemudi Gojek. Dengan menjadi pengemudi Gojek, Yulia yang sudah 6 tahun menjadi orang tua tunggal bisa tetap memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya.
Yulia bercerita, pada 2016 ia bercerai dari suaminya. Ia kemudian memulai hidup baru dengan tinggal di rumah kontrakan sederhana bersama putrinya yang ketika itu baru menginjak kelas 5 sekolah dasar (SD).
Diakui Yulia, berat baginya menjalani peran sebagai orangtua tunggal. Apalagi ketika itu Yulia juga tidak memiliki pekerjaan. Untuk makan sehari-hari, ia hanya mengandalkan sisa uang simpanan yang semakin hari kian menipis.
"Usia saya waktu bercerai sudah kepala empat, sudah sulit mencari pekerjaan. Apalagi sebelumnya saya tidak punya pengalaman bekerja, hanya menjadi pembantu rumah tangga saja,” ungkap Yulia kepada Beritasatu.com, di Depok, Minggu (30/10/2022).
Tidak ingin menyerah dengan keadaan, Yulia mulai mencari berbagai peluang yang bisa diambil. Suatu ketika, usai mengantar anaknya sekolah dan melihat lalu lalang pengemudi ojek online yang mengantarkan penumpang, tiba-tiba muncul ide untuk menjadi pengemudi Gojek.
“Sebetulnya sempat coba-coba melamar pekerjaan di beberapa tempat, tetapi tidak ada yang cocok. Lalu berpikir, kenapa tidak jadi driver Gojek saja. Alhamdulillah, saya bertemu orang baik yang membantu mendaftarkan saya jadi pengemudi Gojek,” cerita Yulia.
Kehidupan baru Yulia sebagai pengemudi Gojek pun dimulai. Pekerjaan ini ia lakoni usai mengantar anaknya sekolah hingga petang, bahkan terkadang sampai larut malam. Rasa gengsi dan lelah ia kesampingkan demi bisa bertahan hidup dan memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya.
Yulia lalu mengenang masa-masa sulit ketika mulai jadi pengemudi Gojek. Sore hari menjelang waktu berbuka puasa, ia mendapat order untuk mengantar penumpang dari Kelapa Dua, Depok ke perbatasan Depok dan Tangerang. Butuh waktu lebih dari 1 jam untuk sampai ke tujuan karena ketika itu kondisi jalan sangat padat.
Usai mengantar penumpang ke lokasi tujuan, bensin motornya habis. Saat itu uang di sakunya tinggal Rp 20.000 yang kemudian dipakai untuk mengisi bensin. Rasa lapar karena belum berbuka puasa coba ditahan. Kesusahannya tidak berhenti sampai di situ. Baterai handphone-nya ternyata lowbat yang membuatnya tidak bisa lagi menerima order penumpang. Untuk jalan pulang, Yulia tidak hafal jalan karena baru 1 minggu bekerja. Google Map yang selama ini menjadi andalan tidak bisa diakses.
Malam semakin larut. Yulia hanya berdiam diri di dekat stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) menunggu ada teman sesama pengemudi ojol yang melihat dan membantunya. Tidak terasa air matanya menetes, merasakan beratnya mencari nafkah di jalanan.
Sekitar satu jam menunggu, akhirnya ada pengemudi ojol yang menghampiri. Usai menceritakan kesulitan yang baru saja dialami, pengemudi ojol tersebut kemudian membantu mengantarnya sampai RSUD Depok. Dari rumah sakit tersebut, Yulia sudah mulai hafal jalan pulang.
Baca selanjutnya
Tantangan baru muncul ketika datang pandemi Covid-19. Banyak masyarakat yang membatasi ...
Halaman: 12selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com