Malang, Beritasatu.com - Keluarga korban tragedi Kanjuruhan yang dilakukan autopsi, yakni jenazah dua kakak beradik, Natasya Deby Ramadhani (16) dan Nayla Devi Anggraeni (13) warga Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menginginkan keadilan.
“Saya cuma ingin kejujuran, keterbukaan, keadilan untuk anak saya. Mereka dibantai, diracun. Wajahnya hitam, keluar darah, keluar busa, tidak kuat saya melihatnya,” kata ayah korban, Devi Athok saat dikonfirmasi, Sabtu (5/11/2022).
Keluarga sudah ikhlas dengan proses autopsi tersebut. Ia ingin para pelaku juga diberi hukuman yang sesuai.
“Bismillah, saya merelakan agar terungkap semuua pelakunya. Kalau memang hukum manusia tidak bisa, biar Tuhan yang membalasnya,” kata Devi Athok.
Kuasa hukum Imam Hidayat menambahkan keadilan harus ditegakkan dalam tragedi kemanusiaan ini. Ia tidak ingin ada kepentingan dan rekayasa.
“Artinya, dengan adanya auotopsi ini, kita ungkap seluas-luasnya dan transparansi. Ini saya mohon pasal pada tersangka berkembang ke tersangka lain memakai Pasal 338 dan 340. Harapan kami autopsi bisa mengungkap semua,” ujarnya.
Ia mengatakan proses ini memerlukan perjuangan. Selain autopsi yang pernah batal, sejumlah polisi juga datang pada keluarga korban dengan perkataan yang menunjukkan tidak empati di tengah suasana kedukaan.
“Ada beberapa oknum petugas Polri datang ke rumah duka. Kemudian, narasi yang dibangun kurang menunjukkan rasa empati pada keluarga. Akhirnya, ada pendampingan dari LPSK dan autopsi ini kami harap bisa mengungkap semuanya,” tegas Imam.
Autopsi melibatkan Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia wilayah Jawa Timur (PDFI Jatim). Mereka telah membentuk dari tiga elemen institusi pendidikan kedokteran dan empat dari faskes. Pertama, FK Univ Hang Tuah, kemudian FK Unair Surabaya, FK UMM, dari faskes RSUD Kabupaten Kanjuruhan, kedua RSUD dr. Sutomo, RSUD dr. Sarifah Bangkalan, terakhir RS Pendidikan Unair.
Tragedi terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jatim, setelah pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya. Polisi menembakkan gas air mata membuat suporter panik hingga berlarian dan menumpuk ke pintu keluar.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com