Jakarta, Beritasatu.com - Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyatakan pihaknya mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin dari kader Muhammadiyah. Menurut Hasto, banyak kader Muhammadiyah yang layak disiapkan menjadi pemimpin di lembaga politik.
Hal itu disampaikan Hasto saat menjadi pembicara dalam diskusi menuju Muktamar Muhammadiyah bertema "Suksesi Kepemimpinan 2024" di Gedung Pengurus Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (15/11/2022).
“Dari Muhammadiyah bisa kita gali way of leadership. Bung Karno ingin kain kafannya ditutup dengan bendera Muhammadiyah dan begitu memahami Islam is a progress. Karena itulah rekomendasi saya menyikapi 2024 kader-kader Muhammadiyah dapat disiapkan sebagai calon legislatif ataupun eksekutif melalui parpol,” kata Hasto.
Menurut Hasto, sudah saatnya kader-kader Muhammadiyah disiapkan menjadi pemimpin bangsa. Sejarah, kata Hasto, telah menunjukkan hal tersebut.
“Saatnya kita menyiapkan kader-kader Muhammadiyah dengan cara-cara Bung Karno, KH Ahmad Dahlan, KH Agus Salim, Ir Djuanda dan lainnya dengan menggembleng diri, menjadi sosok pemimpin yang diidealkan sehingga muncul visi kepemimpinan yang kuat,” tegas Hasto.
Diketahui, Proklamator RI Soekarno menjadi kader Muhammadiyah sejak 1930. Bahkan Bung Karno pernah menjadi pengurus Majelis Pendidikan dan Menengah Muhammadiyah di Bengkulu. Soekarno tertarik dengan Muhammadiyah berkat sang pendiri KH Ahmad Dahlan yang dikenal sebagai sosok islamis yang revolusioner, terutama di bidang pendidikan.
Pada kesempatan itu, Hasto juga menyatakan gotong royong dalam konfigurasi politik nasional saat ini harus dibangun berdasarkan akar sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Jika melihat dalam kesadaran historis serta jiwa gotong royong bangsa Indonesia, kata Hasto, bisa dilihat bagaimana Muhammadiyah didirikan pada 1912, kemudian Nahdlatul Ulama (NU) berdiri pada 1926, serta PNI di tahun 1927.
Berdasarkan survei saat ini, banyak pemilih atau pendukung Muhammadiyah preferensi politiknya ke PAN. Kemudian NU, dan secara kultural memiliki preferensi ke PKB, PPP, dan PDIP yang hadir sebagai rumah kebangsaan Indonesia Raya.
"Ini kan sama-sama berjuang untuk kemerdekaan bangsa kita. Kemudian PDI Perjuangan, PAN, PPP, PKB memiliki akar historis yang kuat sebagai cermin gotong royong nasional untuk mencapai kemerdekaan Indonesia,” ungkap Hasto.
Tak hanya itu, Hasto juga menyebut Golkar yang sejatinya didirikan oleh Bung Karno sebagai kelompok fungsional, yang kemudian dibesarkan pada masa Orde Baru. Demikian pula Gerindra yang jika dilihat bagian dari akar perjuangan bangsa. Hal ini karena Margono Djojohadikusumo, kakek dari Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto adalah pejuang, juga pahlawan nasional.
"Dengan melihat konfigurasi partai partai yang memiliki rekam jejak sejarah perjuangan bangsa dan negara, kalau ini bisa membangun kekuatan gotong royong nasional maka akan menentukan stabilitas politik, ekonomi dan mengejar ketertinggalan kita dibandingkan bangsa bangsa lain," kata Hasto.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com