Gelar Sedekah Bumi, Warga Sidoarjo Gelar Atraksi Adu Cambuk
Sidoarjo, Beritasatu.com - Sebuah tradisi kesenian Ujung tinggalan leluhur yang nyaris punah, dilestarikan kembali oleh warga Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur. Seni berupa adu kekuatan dengan saling mencambuk tubuh lawan tersebut konon merupakan tradisi peninggalan leluhur sejak zaman Kerajaan Majapahit.
Kecamatan Tarik sendiri dikenal dengan banyak sejarah dan keseniannya, yang menurut legenda pernah menjadi salah satu benteng Majapahit. Atraksi kesenian Ujung ini digelar dalam rangka acara sedekah bumi.
Sebuah panggung disiapkan di pendopo desa sebagai arena seni adu cambuk. Alunan musik tradisional yang dimainkan warga sekitar mengiringi pertandingan.
Para pemain diwajibkan bertelanjang dada. Dua pemain secara bergiliran adu cambuk dengan menggunakan sebilah rotan, dengan aba-aba dari wasit yang berkostum loreng merah kemeja hitam.
Dalam atraksi adu cambuk, mereka melakukan tarian mengikuti irama gamelan. Hingga tak jarang dari mereka yang mengalami luka-luka di punggungnya bekas terkena sebetan cambuk rotan tersebut.
Meski demikian, luka akibat sabetan rotan dengan panjang 1 meter dari lawan itu seolah tak dirasakan oleh peserta. Setelah memukul peserta pun berjoget mengikuti iringan musik gamelan Gending Jathen.
Salah satu peserta, Zainal saat mengikuti kesenian ini mengaku tubuhnya tidak terasa sakit, meski badan bagian punggung mengalami luka-luka akibat sebetan rotan bahkan sampai keluar darah. Untuk menghilangkan rasa sakit dan supaya darah tidak bercucuran keluar, para peserta kesenian ini menggunakan pisang hijau sebagai penangkalnya.
"Tidak terasa sakit mas," ujar Zainal.
Menurut Ketua Persatuan Kesenian Ujung, Abu Hasan, kesenian Ujung ini merupakan kesenian milik warga Jawa Timur. Yang dulunya merupakan kesenian Kanuragan yang digunakan untuk mengasa kemampuan diri, hingga kemudian seni Kanuragan itu dikembangkan menjadi kesenian Ujung.
"Setelah itu dengan era modernisasi, dikembangkan lagi dengan tarian yang sekarang namanya menjadi seni tari tradisional Ujung," terang Abu Hasan.
Sementara itu Kepala Desa Tarik Ifanul Ahmad mengatakan, kesenian ujung ini merupakan tradisinya warga Tarik. Oleh sebab itu, dalam rangka sedekah bumi ini, kesenian itu pun digelar kembali untuk melestarikan kebudayaan tinggalan para leluhur yang hampir punah tergerus oleh zaman.
"Bahasanya kita itu, uri-uri budaya leluhur," ujar Ifanul.
Ifanul mengatakan, kesenian Ujung ini dulunya digunakan untuk mengetes ilmu kekebalan tubuh, dengan menggunakan mantra-mantra khusus. Ilmu itu digunakan oleh warga untuk perang melawan penjajah di masa lalu.
Oleh sebab itu, untuk melestarikan kesenian ini, sekarang disatukan dan ditunjang dengan tarian dan gamelan, dan sekarang dikenal menjadi kesenian tari Ujung.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini