Jakarta - Pernyataan calon wakil presiden KH Ma'ruf Amin yang meminta jangan buta dan tuli akan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak bermaksud merendahkan kelompok penyandang disabilitas. Pernyataan tersebut hanyalah kiasan untuk orang yang tidak mengakui kinerja Presiden Jokowi. Buta dimaksudkan sebagai tidak mau melihat kebaikan dan tuli karena tidak mau mendengar keberhasilan. Semua itu tertutup rasa benci.
“Saya yakin Pak Kiai tidak bermaksud untuk menyinggung apalagi merendahkan disabilitas terkait dengan diksi yang memang diakui agak keliru penggunanya. Tetapi saya yakin, itu tidak bermaksud demikian. Jadi saya rasa, ini hanya ungkapan. Kiasan saja. Ini tidak secara fisik. Ini kiasan,” kata Pendiri Advokasi untuk Disabilitas Inklusi (Audisi) Yustitia Arief dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (13/10).
Karena itu Yustitia berharap, publik tidak menganggap pernyataan itu sebagai buta dan tuli secara fisik. “Jangan cepat berasumsi bahwa ini langsung secara fisik,” ujarnya.
Menurut Yustitia, komitmen Jokowi terhadap penyandang disabilitas sudah baik. Hal itu sudah dilakukan Jokowi sejak menjadi Walikota Solo. Ia melibatkan kelompok disabilitas dalam pembangunan. “Jadi saya tidak ragu akan komitmen beliau. Apalagi sebagai presiden, sejak wali kota saja sudah ada komitmen,” imbuhnya.
Meski demikian, Yustitia yang juga menjadi Kordinator gugus tugas difabel pada Direktorat Penggalangan dan Jaringan TKN Jokowi-KH Ma'ruf Amin itu berpendapat, pernyataan Kiai Ma'ruf kurang tepat karena bisa dipersepsi secara negatif.
Sumber: BeritaSatu.com