Soal Rekrut Preman, Ini Kata Wakapolri

Jakarta, Beritasatu.com - Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono mengatakan tidak ada maksud untuk merekrut preman pasar dalam menegakkan disiplin mematuhi aturan protokol kesehatan Covid-19. Yang ada yakni melakukan kegiatan membangun kesadaran kolektif komunitas.
"Denda saja (dari pelanggar) sudah Rp 4 miliar lebih. Kemudian dikenakan sanksi sosial. Tapi kan tetap angka Covid-19 ini terus meningkat," kata Gatot.
Sudah tentu untuk itu Polri perlu mengambil langkah-langkah yang harus dklakukan. Langkah yang pertama adalah akan melakukan operasi yustisi secara masif yang akan dilakukan secara terus-menerus di seluruh Indonesia.
"Sehingga menimbulkan satu dampak yang besar. Yang kedua, melakukan kegiatan yang namanya membangun kesadaran kolektif komunitas. Bagaimana membangun kesadaran kolektif komunitas? Di dalam kepolisian ada namanya konsep community policing," lanjut Gatot.
Maksudnya jika ada satu masalah, ada dua komponen yang bisa dilakukan di sana. Yang pertama kemitraan, yang kedua adalah problem solving atau memecahkan masalah.
"Nah kita tahu di masyarakat kita banyak komunitas-komunitas. Seperti komunitas perkantoran. Di sini kita membangun kedisiplinan dari pemilik gedung dan petugas-petugas keamanannya. Komunitas lain, komunitas di pasar," urainya.
Ada pasar modern seperti di mal, pasar yang punya pemerintah kemudian pasar yang informal. Jadi di sini Polri memberdayakan tokoh formal maupun tokoh-tokoh informal. Tokoh-tokoh informal di pasar itu ada yang mengatakan sebagai kepala keamanan, ada yang mandor, ada yang mengatakan preman.
"Itu istilahnya. Jadi bukan kita merekrut (preman). Jadi di komunitas itulah nanti, yang mereka sudah saling kenal, biasanya mereka tidak melakukan pendekatan disiplin seperti yang dilakukan oleh aparat, Satpol PP yang didampingi oleh Polri dan TNI," tambahnya.
Tugas mereka menyampaikan kalau tak pakai masker, ayo pakai masker. Kalau tak jaga jarak, ya jaga jarak. Karena kalau dalam komunitas itu lebih mudah. Contoh, ada komunitas ojek pangkalan. Di situ ada ketua ojeknya mungkin, siapa yang mereka anggap pemimpin, dialah yang nanti mengingatkan teman-temannya untuk menjaga jarak dan memakai masker.
"Jadi tidak ada rencana kita merekrut preman terus kita taruh di pasar-pasar, tidak ada. Jadi kita merangkul semua siapapun yang mau menyosialisasikan, siapapun yang mau mengajak untuk kita menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, saya kira akan kita rangkul semua," tegasnya.
Tetapi mereka juga tidak akan melakukan penindakan dan denda. Mereka hanya membangun kesadaran kolektif komunitas yang akan lebih mudah.
"Sehingga jangan sampai nanti salah pengertian seperti kita akan merekrut preman-preman untuk ditaruh di pasar. Nah ini nanti menimbulkan konflik baru dan sebagainya. Tidak. Ini mereka-mereka tetap di lingkungan mereka sendiri, mereka saling kenal dan tugasnya mengingatkan saja dan dengan cara-cara yang humanis dan persuasif," sambung Gatot.
"Lebih baik kalau memang ada, untuk memberikan kebanggaan mereka mereka bisa diberikan rompi."
Ucapan Gatot tentang memberdayakan jeger pasar untuk membantu pengawasan dan mendisiplinkan masyarakarat pada protokol kesehatan memang berbuah jadi kontroversi.
Kalimat Gatot itu adalah, "Kita juga berharap penegak disiplin internal di klaster pasar, di situ kan ada jeger-jeger-nya di pasar, kita jadikan penegak disiplin," kata Gatot di Mako Polda Metro Jaya, Kamis (10/9/2020).
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI

Fahri: Banyak Klub di Liga Voli Bulgaria yang Bertanya soal Pemain Indonesia

Cak Imin Tak Terpilih Indonesia dalam Bahaya, TKN Prabowo-Gibran: Semua Capres-Cawapres Putra Terbaik Bangsa

Wawancara Eksklusif Fahri Septian, Bintang Voli Indonesia di Liga Bulgaria yang Dijuluki Nishida

Berkolaborasi dengan B-Universe, KPU Jateng Optimistis Bisa Tingkatkan Partisipasi Pemilih

Konsumsi Obat Terlarang, Pengemudi Ayla di Sukabumi Tabrak 8 Pemotor

Rosan, Airlangga, Zulhas, hingga Anis Matta Hadiri Rapat Dewan Pengarah TKN Prabowo-Gibran di DPP Golkar

KPK Sebut Hakim Agung Gazalba Pakai Uang Gratifikasi untuk Beli Rumah dan Tanah

Buruh di Indramayu Tipu Warga Ratusan Juta dalam Seleksi Bintara Polri

Istri Siri Pelaku Pembakaran Eks Direktur RSU Padang Sidempuan Diringkus Polisi

Sule Siap Nikahi Santyka Fauziah Tahun Depan

Kenali Faktor, Gejala, dan Risiko HIV atau AIDS

KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Terima Uang Terkait Putusan Kasasi Edhy Prabowo

Strategi KPU Kota Magelang Tingkatkan Partisipasi Pemilih Muda

TKN Sebut Gimik Gemoy Prabowo Itu Alami, Tak Dibuat-buat

Cekcok, Anak Wanita di Mojokerto Pukul Ayah Kandung hingga Tewas
2
4
Retno Marsudi: Palestina Punya Hak untuk Merdeka
B-FILES


Pemilu 2024 vs Kesejahteraan Mental Generasi Z
Geofakta Razali
Rakernas IDI dan Debat Pilpres 2024
Zaenal Abidin
Indonesia dan Pertemuan Puncak APEC
Iman Pambagyo