OJK Sebut Aset Keuangan Syariah Tembus Rp 2.375,84 Triliun
Jakarta, Beritasatu.com - Industri keuangan syariah Indonesia sedang naik daun. Total aset menembus Rp 2.375,84 triliun atau tumbuh 15,87% pada tahun 2022. Pencapaian ini sekaligus membuat pangsa keuangan syariah mengambil porsi lebih dari 10% terhadap aset jasa keuangan nasional.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi menyatakan, perkembangan sektor keuangan syariah dalam negeri terus meningkat. Hal itu terjadi baik di pasar modal, perbankan, maupun di industri keuangan keuangan non bank (IKNB).
"Kalau melihat tahun 2022, aset keuangan syariah sudah mencapai Rp 2.375,84 triliun atau tumbuh 15,87%. Jadi sekarang pangsa pasarnya sudah 10,69% dari total nilai aset keuangan Indonesia. Ini merupakan upaya yang dilakukan bersama dan prestasi kita semua," ungkap Friderica dalam Ramadan Insight: Ekonomi Syariah 2023 dengan tema 'Mendorong Literasi dan Inklusi Ekonomi Syariah di The Westin Hotel, Jakarta, Kamis (30/3/2023).
Dia mengungkapkan, Islamic Finance Indicator tahun 2022 juga menempatkan Indonesia di posisi ketiga sebagai Most Developed Countries Islamic Finance. Pengakuan ini menjadi membanggakan dan menandai momentum yang sangat baik untuk terus dilanjutkan.
"Karena tetangga kita Malaysia sangat terdepan, lebih dulu dari kita, dan bagaimana Indonesia sebagai negara dengan lebih dari 90% penduduknya adalah muslim, tentu ini menjadi pangsa pasar yang luar biasa," jelas Friderica.
Di samping itu, dia menegaskan bahwa produk keuangan syariah tidak hanya diperuntukan bagi muslim tetapi untuk semua kalangan. Karena aspek kepatuhan dan hal lainnya dilalui dengan baik.
"Saya juga melihat sudah mulai tren, saudara-saudara kita yang beragama di luar Islam sudah memilih produk-produk syariah ini. Karena karakteristik dari produk-produk ini yang dirasa sudah baik. Ini yang harus kita tangkap momen ini bersama-sama," imbuh Friderica.
Dia menuturkan, Indonesia punya cita-cita untuk menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia. Meski begitu, masih banyak pekerjaan rumah yang mesti dibereskan, dimana salah satunya yaitu terkait dengan literasi dan inklusi keuangan syariah.
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia memang meningkat dari 8,93% pada tahun 2019 menjadi 9,14% pada tahun lalu. Indeks inklusi keuangan syariah pun naik dari 9,10% menjadi 12,12%.
Menurut Friderica, peningkatan ini belum optimal memandang potensi yang begitu besar. Selain itu, gap dengan tingkat literasi keuangan nasional bahkan masih dalam kisaran 40% dan gap hampir 70% terhadap inklusi keuangan konvensional.
"Ini tentu menjadi concern kita semua. Tapi kita harus menjadi kaum yang optimis. Seperti gelas, ini masih setengah kosong. Nah kalau melihat begini jangan lihat kecilnya, tapi ruang untuk tumbuhnya masih besar. Jadi potensi pelaku atau penggiat ekonomi dan keuangan syariah masih sangat besar," ujar Friderica.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Bagikan