Hindari Sampah, Stop Beli Makanan karena Lapar Mata
Jakarta, Beritasatu.com- Guna menghindari sampah makanan, masyarakat harus mengubah kebiasaan beli makanan karena lapar mata. Pasalnya makanan tersebut tentu tidak akan dihabiskan dan menjadi mubazir.
Hal ini disampaikan oleh pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati saat menyoroti Indonesia berada di peringkat ketiga sebagai negara dengan jumlah sampah makanan tertinggi di dunia.
Devie menuturkan masyarakat perlu mendapat edukasi terkait dampak dari sampah makanan bagi lingkungan. Dalam hal ini, makanan yang terbuang dan tertumpuk di pembuangan sampah menghasilkan gas yang bisa merobek dan merusak lapisan ozon sehingga bumi semakin panas.
“Tetapi pengetahuan ini tidak mudah diinformasikan, tetapi mungkin bisa lewat bantuan para tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama bahwa jangan sampai, apalagi kita sekarang memasuki bulan puasa dan sebagian masyarakat lapar mata, beli saja tetapi pada akhirnya sia-sia terbuang,” kata Devie saat dihubungi Beritasatu.com secara virtual di Jakarta, Senin (20/3/2023).
Devie menuturkan masih banyak orang membutuhkan makanan, sebaiknya masyarakat dalam kehidupan kesehariannya belajar untuk hidup minimalis. Semisalnya, pesta pernikahan yang bisa menyediakan makanan prasmanan bisa mengubah menggunakan kotakan, sehingga tidak ada makanan yang mubazir. Makanan kotakan sukses diterapkan saat membuat acara pada masa pandemi Covid-19.
Untuk itu, Devie menyarankan mengurangi sampah makanan dengan mengubah kebiasaan membuang makanan yang dilakukan selama ini, karena masih banyak orang yang kurang beruntung.
“Kita tinggal memformulasi ulang karena pada prinsipnya masyarakat hatinya sangat lembut kalau terus diingatkan ada orang yang membutuhkan (makanan), saya yakin mereka pasti berupaya untuk memastikan tidak lagi membuang makanan,” ucapnya.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini