Tekanan Mereda, Harga SUN Pekan Ini Diprediksi Menguat
Jakarta, Beritasatu.com- Setelah tertekan sentimen kenaikan bunga bank sentral AS, The Fed, harga SUN atau Surat Utang Negara pekan ini diproyeksikan mengalami penguatan. Dengan demikian, imbal hasil SUN dengan tenor 10 tahun akan menurun pada kisaran 6,73% hingga 7,25%.
Fixed Income Analyst Ahmad Nasrudin mengatakan, harga SUN pekan ini cenderung mereda setelah sepekan sebelumnya tertekan oleh kenaikan suku bunga beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris dan Uni Eropa. Namun volatilitas pasar obligasi ke depan diproyeksikan masih tinggi mengingat gejolak keuangan di Eropa dan AS dikhawatirkan memiliki efek domino dan menambah ketidakpastian.
“Saya harap surat utang pemerintah akan menjadi pilihan untuk mengamankan portofolio ke depan. Yield 10 tahun di pekan ini akan bergerak di kisaran 6,73%-7,21% setelah pada penutupan minggu sebelumnya berada di 6,81%,” jelasnya kepada Investor Daily.
Meski sentimen negatif sedikit mereda dibandingkan pekan sebelumnya, lanjut Ahmad, imbal hasil sepertinya sulit turun lebih lanjut dari level saat ini. Dua alasan utamanya yakni gejolak perbankan di AS dan Eropa belum lama ini masih menjadi permulaan, lantaran dampak jangka panjang kepada sistem keuangan dan bank besar lainya masih belum terasa.
Di sisi lain, Indonesia memasuki musim inflasi yang biasanya terjadi pada bulan Ramadan dan Idulfitri. Secara historis terjadi inflasi akibat meningkatnya permintaan. “Inflasi yang lebih tinggi berkorelasi positif dengan yield surat utang, ketika inflasi tinggi, yield surat utang cenderung naik,” ujarnya.
Secara historis, data inflasi Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada bulan Ramadan 2019 yakni bulan Mei, tingkat inflasi bulanan naik sebesar 0,68%.
Mengatasi kenaikan inflasi dan yield SUN, bank sentral biasanya meredam dengan kebijakan moneter ketat, misalnya menaikkan suku bunga atau setidaknya mempertahankan suku bunga tinggi. “Kebijakan moneter tersebut bertujuan agar kenaikan tingkat inflasi berada pada jalur yang sehat dan mencegah tidak terkendali,” kata dia.
Secara terpisah, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menuturkan pekan ini pasar obligasi akan mengalami penurunan setelah menghadapi tekanan. “Volatilitas di pasar obligasi masih tinggi, karena ketidakpastian," kata dia.
Pada pekan ini, imbal hasil obligasi berpotensi mengalami penurunan untuk tenor 5 tahun yakni 6,30% sampai 6,50%, tenor 10 tahun 6,75% - 6,85%, untuk tenor 15 tahun di level 6,95% -7,05% dan tenor 20 tahun imbal hasil diproyeksikan pada level 7,00% - 7,10%,.
Sementara itu, pada Selasa (28/3/23) mendatang pemerintah Indonesia berencana melakukan lelang SUN sebanyak tujuh seri dengan target indikatif Rp 20 triliun dan maksimal Rp 30 triliun.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Bagikan