Generasi Muda Harus Kembalikan Jiwa Nasionalisme

Penulis: Bernadus Wijayaka | Editor: BW
Selasa, 13 Maret 2018 | 21:28 WIB
Kuliah umum kebangsaan di depan sekitar 4.000 mahasiswa Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN, Bintaro, Jakarta, Selasa (13/3/2018).
Kuliah umum kebangsaan di depan sekitar 4.000 mahasiswa Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN, Bintaro, Jakarta, Selasa (13/3/2018). (istimewa)

Jakarta – Generasi muda Indonesia harus bisa mengembalikan jiwa nasionalisme seperti yang pernah dilakukan para pahlawan saat merebut kemerdekaan dahulu.

Hal itu penting karena seiring dengan kemajuan teknologi informasi, identitas kebangsaan generasi muda ikut tereduksi oleh berbagai macam paham-paham negatif, termasuk radikalisme dan terorisme.

"Fakta itulah yang membuat saya tidak pernah lelah memberikan wawasan kebangsaan kepada generasi muda, terutama mahasiswa. Ini panting mereka adalah generasi penerus bangsa dan masa depan Indonesia. Kalau ini tidak dilakukan, saya khawatir nanti akan banyak terjadi pengaruh buruk yang akan merusak bangsa dan negara ini," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius, saat memberikan kuliah umum kebangsaan di depan sekitar 4.000 mahasiswa Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN, Bintaro, Jakarta, Selasa (13/3).

Menurut Suhardi, generasi muda, terutama mahasiswa STAN, nantinya akan menjadi orang yang mengawaki instansi pemerintah di bidang keuangan. Hal itulah yang membuat mereka harus punya nasionalisme serta profesionalisme yang kuat, agar bisa membawa negara Indonesia semakin maju, mandiri, dan kuat menghadapi serangan ideologi asing.

Ia memberikan contoh saat para pemuda Indonesia yang tergabung Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dan lain-lain, berani menggaungkan persatuan Indonesia melalui Sumpah Pemuda, 29 Oktober 1928. Tekad itu luar biasa karena digaungkan 17 tahun sebelum Indonesia merdeka. Nasionalisme itulah yang harus dibangkitkan kembali para generasi muda Indonesia, terutama mahasiswa, untuk membentengi Indonesia dari berbagai paham radikal terorisme yang mengancam keuntuhan NKRI.

"Negara butuh kita kalian. Masa depan Indonesia jangan dirusak. Generasi muda harus menjadi garda terdepan untuk melawan berbagai hal yang mengancam perdamaian dan keutuhan NKRI," imbuh mantan Kabareskrim Polri ini.

Pada kesempatan itu, Komjen Suhardi Alius menekankan kepada para rektor, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta, bahwa infiltrasi radikalisme dan terorisme itu sudah masuk kemana-mana, terutama ke kampus. Contohnya, di salah satu provinsi di Jawa, ada seorang calon dekan yang terafiliasi ISIS hampir lolos dari seleksi dekan. Beruntung, masih bisa terdeteksi dan ia meminta Kemristek Dikti membatalkan pencalonan itu. Di provinsi lain, ada dosen yang juga seorang profesor yang memaksa mahasiswa mengikuti pahamnya dengan mengintimidasi mahasiswa yang tidak mengikuti perintahnya.

Artinya, tidak ada lagi ruang yang luput dari ancaman radikalisme dan radikalisme, setelah kemajuan teknologi dan informasi yang sangat dahsyat, terutama melalui media sosial (medsos).

Untuk itu, ia meminta para generasi muda untuk mempersiapkan dirinya dengan baik menghadapi tantangan masa depan yang pasti akan semakin berat. Apalagi Indonesia adalah yang memiliki wilayah yang sangat luar dengan ribuan pulau dan suku bangsa. Bonus demografi itu membutuhkan orang-orang pintar, profesional yang memiliki pengetahuan, kemampuan, dan akhlak mulia.

Ia juga mengingatkan seluruh civitas akademika di Indonesia agar tidak diam saja menghadapi ‘serangan’ global terutama radikalisme dan terorisme. Ia mengajak seluruh pihak bila ada penyimpangan yang terjadi dan berpotensi merusak keutuhan NKRI, harus segera disikapi dan tidak diam saja.

"Kita harus berani bersuara dan memiliki sense of crisis bila melihat ada penyimpangan, apalagi menyangkut radikalisme dan terorisme yang terjadi di lingkungan kita. Kalau dibiarkan dan tidak cepat diklarifikasi, nanti akan semakin berkembang dan masyarakat menganggap paham itu benar," papar mantan Sestama Lemhanas ini.

Tidak ketinggalan, Suhardi juga memaparkan strategi-strategi penanggulangan terorisme yang telah dan tengah dijalankan BNPT. Terutama upaya-upaya soft approach dengan merangkul mantan napi terorisme untuk menjadi agen perdamaian. Saat ini, sudah ada 127 mantan napiter yang bergabung untuk membantu BNPT melakukan deradikalisasi, terutama kepada rekan-rekan mereka yang masih terpapar paham kekerasan.

Ia bercerita langkah pertama saat baru menjadi Kepala BNPT, yaitu dengan ‘menyentuh’ para mantan teroris di kampungnya Amrozi dan pesantren Khaerul Ghazali di Deli Serdang. Awalnya, ide itu banyak mendapat tentangan, bahkan dicibir oleh mantan teroris, terutama terpidana seumur hidup Ali Imron. Namun, ia benar mewujudkan tekad itu dengan mendatangi Desa Tenggulun, bahkan merangkul mantan teroris di sana. Tidak hanya itu, Suhardi juga menjadi inisiator membangun TPA dan masjid baik di Tenggulun maupun di Pesantren Al Hidayah, Deli Serdang.



Bagikan

BERITA TERKAIT

Kapolri Benarkan Pilot Susi Air Kapten Philips Disandera KKB Papua

Kapolri Benarkan Pilot Susi Air Kapten Philips Disandera KKB Papua

NEWS
Kapolri: Pilot dan Penumpang Susi Air yang Diamankan KBB Papua Sedang Dicari

Kapolri: Pilot dan Penumpang Susi Air yang Diamankan KBB Papua Sedang Dicari

NEWS
Gempa Turki, 104 WNI Tak Punya Tempat Tinggal Layak dan Segera Dievakusi ke Ankara

Gempa Turki, 104 WNI Tak Punya Tempat Tinggal Layak dan Segera Dievakusi ke Ankara

NEWS
Dubes RI: Gempa Turki, Ibu dan 2 Anak dari Indonesia Hilang Kontak

Dubes RI: Gempa Turki, Ibu dan 2 Anak dari Indonesia Hilang Kontak

NEWS
Erick Thohir Jelaskan ke Jokowi Simbol Baju Banser yang Dipakainya Saat Puncak 1 Abad NU

Erick Thohir Jelaskan ke Jokowi Simbol Baju Banser yang Dipakainya Saat Puncak 1 Abad NU

NEWS
Video Membeludaknya Warga Nahdliyin di Puncak 1 Abad NU

Video Membeludaknya Warga Nahdliyin di Puncak 1 Abad NU

NEWS

BERITA TERKINI

Loading..
ARTIKEL TERPOPULER





Foto Update Icon