Jababeka Raih Pendapatan Naik ke Rp 2,7 T, tetapi Masih Merugi
Jakarta, Beritasatu.com- PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) memperoleh penjualan dan pendapatan jasa sebesar Rp 2,72 triliun pada 2022, naik 9,23% dari Rp 2,49 triliun tahun sebelumnya. Dalam perbandingan periode serupa, beban pokok penjualan dan pendapatan jasa Jababeka justru turun 5,55% (yoy) menjadi Rp 1,32 triliun dan menghasilkan peningkatan laba kotor 28% (yoy) menjadi Rp 1,4 triliun.
Namun, rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk KIJA naik 1.139% (yoy) menjadi Rp 64,73 miliar tahun lalu, yang mendorong rugi per saham dasar jadi Rp 3,12.
Sebenarnya, perseroan mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 40,98 miliar pada 2022, turun dari Rp 87,6 miliar pada 2021. Faktor utama yang menyebabkan penurunan ini adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepanjang tahun lalu, yang lebih besar dibandingkan 2021.
Sebagai akibat dari pelemahan tersebut, perseroan mencatatkan rugi selisih kurs sebesar Rp 404 miliar pada 2022, naik dari rugi selisih kurs sebesar Rp 77,7 miliar tahun sebelumnya.
Dilihat dari laporan keuangan yang ditandatangani Direktur Utama Kawasan Industri Jababeka Tedjo Budianto Liman, terdapat cadangan penjabaran mata uang asing dalam pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi, sebesar - Rp 10,94 miliar. Catatan ini naik signifikan dari tahun sebelumnya senilai - Rp 149,8 juta.
Dari masing-masing lini bisnis, land development & property KIJA mencatatkan peningkatan pendapatan sekitar 8% menjadi Rp 1,37 triliun pada 2022. Hal ini didorong semua segmen dalam pilar tersebut, terutama penjualan tanah matang yang pendapatannya naik menjadi Rp 780 miliar.
“Selain itu, penjualan tanah dan bangunan pabrik standar mengalami peningkatan pendapatan menjadi Rp 111,6 miliar pada 2022. Pendapatan tanah dan serta rumah, ruko, dan apartemen juga meningkat jadi Rp 423,5 miliar,” jelas Sekretaris Perusahaan Kawasan Industri Jababeka Muljadi Suganda dikutip Investor Daily.
Sedangkan pendapatan dari pilar infrastruktur perseroan, terutama listrik, air, estate management, dan dry port meningkat 9% (yoy) menjadi Rp 1,21 triliun tahun lalu. Pertumbuhan kinerja lini bisnis ini terjadi di semua subsegment, yaitu dry port, listrik, serta jasa dan pemeliharaan masing-masing 19%, 9%, dan 2%.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Bagikan