Barcelona, Beritasatu.com – Barcelona menjalani musim yang terjal di kompetisi La Liga tahun ini. Lihatlah di klasemen. Tim yang biasanya tak jauh dari posisi empat besar La Liga, kini terjerembab di urutan ke-12. Posisi yang sangat tidak pantas dihuni klub dengan 26 trofi juara Spanyol.
Perjalanan Barcelona yang tidak mulus tahun ini sebenarnya sudah bisa diprediksi sejak musim lalu. Kondisi mental El Barca benar-benar ambruk usai dihajar jagoan Jerman, Bayern Muenchen, 2-8, di perempat final Liga Champions.
Kehebohan pun berlanjut dengan ungkapan sang bintang super mereka, Lionel Messi, usai tumbang dengan skor memalukan di Lisabon itu. Messi yang tengah sangat frustrasi mengaku ingin hengkang dari klub yang telah membesarkan namanya itu.
Namun dia kemudian mengurungkan niatnya, lantaran klausul kontrak yang membuatnya harus membayar sejumlah denda cukup tinggi, jika meninggalkan Barcelona sebelum kontraknya habis.
Keberhasilan “mempertahankan” Messi justru menjadi awal kesalahan Barcelona di bawah rezim Ronald Koeman, pelatih yang menggantikan Quique Setien, sang sutradara yang membuat Barcelona mengalami kekalahan paling memalukan sepanjang sejarah keikutsertaan klub itu di Liga Champions.
Koeman yang semula siap mengawali era Barcelona tanpa Messi, justru membuatnya kembali menjadi pemain sentral.
Lima tahun silam, Messi mungkin masih sanggup mengemban tugas itu. Namun kini, semangatnya sudah jauh berbeda.
Kondisi tak kondusif ini pun terlihat dalam performa mereka saat mengarungi musim 2020/21. Barcelona yang terlalu bergantung kepada Messi, memang tampak perkasa pada dua laga awal musim.
Mereka menundukkan Villarreal 4-0, serta menang 3-0 di kandang Celta Vigo. Messi mencetak satu gol dari tujuh gol yang dihasilkan.
Memasuki pekan ketiga, upaya Barcelona menggaet poin maksimal mulai tersendat. Bermain di kandang sendiri, Stadion Camp Nou, Azulgrana hanya mampu bermain imbang ketika menjamu Sevilla. Barcelona bahkan tertinggal lebih dulu sebelum Philippe Coutinho menyamakan kedudukan dua menit setelah gawang Neto dijebol Luuk De Jong.
Jalan kian terjal bagi Barca ketika secara mengejutkan mereka tumbang di markas Getafe. Kekalahan ini menjadi tak begitu menyedihkan setelah beberapa hari kemudian, mereka menang telak atas klub yang namanya sangat asing di ajang Liga Champions, Ferencvaros dari Hungaria.
Namun kemenangan atas klub yang berbasis di Budapest itu ternyata cuma hiburan sekejap. Di kompetisi dalam negeri, Barcelona justru mengalami bencana.
Mereka kembali menelan kekalahan dalam partai sarat gengsi El Clasico melawan Real Madrid. Ansu Fati memang mampu menyamakan kedudukan tiga menit setelah Barcelona tertinggal oleh gol cepat Federico Valverde saat laga baru berjalan lima menit.
Namun dua gol yang dilesakkan Sergio Ramos dari titik penalti serta Luka Modric memanfaatkan aksi Rodygo membuat Barcelona harus rela menelan kekalahan 1-2. Ini untuk kedua kali Barcelona kalah di La Liga musim ini.
Barcelona tak juga bisa bangkit di La Liga setelah dalam pertandingan pekan keenam hanya bermain imbang 1-1 melawan Deportivo Alaves. Pasukan Ronald Koeman juga tertinggal lebih dulu dalam partai di Stadion Mendizorroza ini. Antoine Griezmann menyelamatkan timnya dari kekalahan dengan respons cepat dua menit setelah gol tuan rumah.
Hasil di kandang Alaves ini cukup mengejutkan, karena tiga hari sebelumnya Lionel Messi dan kawan-kawan sukses mempermalukan tuan rumah Juventus 2-0 di ajang Liga Champions.
Hasil buruk Messi dan kawan-kawan terlihat di klasemen. Mereka kini terpuruk di urutan ke-12 dengan raihan hanya delapan poin atau tertinggal sembilan poin oleh Real Sociedad yang kini memimpin klasemen.
Dengan Real Madrid yang berada di posisi kedua, Barcelona berselisih delapan poin. Meski Real Madrid sudah menjalani tujuh pertandingan sementara Barca baru enam, selisih delapan poin tetaplah selisih yang cukup besar.
Lantas apa sebenarnya masalah yang dialami Barca sehingga hasil yang mereka petik di La Liga sangat mengecewakan musim ini. Pertama, tentu saja keputusan Ronald Koeman yang tetap menjadikan Messi sebagai sentral permainan timnya musim ini.
Permainan yang dikembangkan Blaugrana terlalu bergantung kepada Messi. Tim-tim La Liga yang sudah sangat mengenal Barcelona pun sudah tahu bahwa performa tim ini bertumpu pada Messi.
Tim-tim Spanyol pun sudah hafal jika mereka berhasil mematikan Messi, maka setengah atau bahkan tiga per empat masalah mereka selesai.
Masalah lainnya adalah kondisi mental Messi yang sebenarnya sudah jenuh berada di Barcelona. Ibaratnya, fisik Messi ada di Barcelona, namun hatinya sudah tak lagi berada di klub Catalan itu. Masalah ini sebenarnya sudah tercium sejak dia menyatakan ingin keluar dari Barcelona usai kekalahan menghadapi Bayern Muenchen di Liga Champions, Agustus lalu.
BACA JUGA
Tak ada yang bisa diharapkan dari pemain dengan kondisi mental demikian. Messi juga memprotes sikap Barcelona yang “membuang” sahabat sekaligus mitranya di barisan depan Luis Suarez. Tanpa penyerang Uruguay itu, Messi seolah kehilangan “setengah jiwanya” dalam melakukan serangan ke daerah lawan. Dia seperti terkesan bermain hanya untuk menyelesaikan kontrak hingga akhir musim ini.
Saat ditahan imbang Alaves, Messi sempat meluapkan rasa frustrasinya dengan menendang bola ke arah wasit pada menit ke-39. Beruntung, bola tendangannya tersebut tidak mengenai sang pengadil lapangan.
Messi sendiri bermain sepanjang 90 menit pada laga ini, tetapi gagal tampil cemerlang dan tidak mencetak satu gol pun untuk membantu timnya membawa pulang tiga poin ke Barcelona.
Selain itu, usia Messi juga kini tak lagi muda. Catatan statistik menunjukkan tendangan-tendangannya ke gawang lawan tak lagi akurat.
Sejauh ini dia hanya mampu mencetak tiga gol di semua kompetisi. Itu pun semuanya dari titik penalti. Belum ada gol yang dia ciptakan dari permainan terbuka.
Dalam 720 menit total penampilannya musim ini, Messi telah melakukan 35 upaya mencetak gol dari permainan terbuka namun tak satupun berhasil menjebol gawang lawan.
Tendangan bebas yang biasanya menjadi andalan Messi membobol gawang lawan atau menjadi awal terjadinya gol juga belum muncul musim ini.
Kondisi internal Barcelona juga tengah goyah saat ini. Presiden Klub, Josep Maria Bartomeu, dan “kabinetnya” memutuskan mundur. Itu berarti posisi Ronald Koeman pun tak sekuat sebelumnya.
Upayanya mempertahankan jabatan sebagai pelatih pun akan sangat bergantung pada hasil yang dipetik tim di lapangan. Itu berarti dia harus melakukan perubahan dalam permainannya. Hal utama yang harus dilakukannya adalah tak lagi menggantungkan permainan timnya hanya kepada Messi.
Sumber: BeritaSatu.com