Sabtu, 25 Maret 2023

UMKM Dinilai Perlu Pembiayaan Murah dan Proteksi Pasar

WBP
Sabtu, 28 Januari 2023 | 05:54 WIB

Jakarta, Beritasatu.com - Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dinilai membutuhkan pendampingan terintegrasi seperti keberpihakan pada pembiayaan murah, proteksi pasar dalam negeri terhadap produk impor, dan digitalisasi. Untuk itu diperlukan dukungan perbankan guna menjaga keberlangsungan UMKM.

"UMKM membutuhkan pembiayaan murah karena gap pembiayaan di UMKM masih cukup lebar termasuk sektor mikro. Usaha mikro membutuhkan dukungan program pembiayaan tidak hanya melalui KUR (kredit usaha rakyat), tetapi program-program pemerintah dan lembaga keuangan lainnya dengan suku bunga relatif lebih murah," kata Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira di Jakarta Jumat (27/1/2023).

Dia mengatakan UMKM juga membutuhkan perlindungan pasar, terutama dari gempuran barang-barang impor yang murah dan menyasar segmen produk yang sama dengan UMKM. Gempuran produk impor tersebut dapat mengancam keberlangsungan usaha UMKM.

“Dari sisi kebijakan, perlu ada kepastian soal pelaksanaan 40% pengadaan barang dan jasa pusat dan daerah dengan menggunakan produk UMKM. Mereka jangan sampai berubah menjadi UMKM jasa. Artinya reseller, droshipper. Ini serapan tenaga kerjanya tidak maksimal," tegasnya.

Menurut dia, UMKM berkontribusi pada produk domestik bruto (PDB) sekitar 60% dan serapan tenaga kerja 97%. "UMKM selalu menjadi juru selamat dalam menghadapi situasi krisis, termasuk resesi global. Dengan karakternya yang mudah beradaptasi dan didukung program pendampingan dan pembiayaan multipihak, UMKM bakal mempertahankan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional," kata dia.

Bhima Yudhistira mengatakan, resesi ekonomi global memiliki dampak kecil terhadap ekonomi nasional. Pasalnya, kontribusi ekspor untuk ekonomi Indonesia relatif terbatas. Kondisi ini menyebabkan ekonomi Indonesia tahun ini tetap akan bertumbuh, terutama didukung UMKM.

Terkait digitalisasi, Bhima mengatakan, banyak UMKM yang literasi digitalnya masih rendah, serta akses digital dan coverage internet masih terbatas. Riset membuktikan bahwa hanya 1% UMKM atau rumah tangga miskin menggunakan internet untuk meningkatkan pendapatan. Dengan demikian, banyak UMKM belum masuk dalam rantai pasok digital.

Chief of SME, Funding, FI, and Network Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) Adji Anggono mengatakan, pelaku UMKM akan merespons secara maksimal kondisi pasar yang berubah saat ini. Pelaku UMKM yang memiliki karakter kreatif, dsan adaptif, bakal mengisi peluang yang tercipta akibat pandemi dan berakhirnya pembatasan aktivitas masyarakat. Dengan mudah, pelaku UMKM akan menghasilkan produk, jasa, dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini. “Kami yakin di tahun 2023 ini, UMKM akan bertumbuh semakin kuat dan berkontribusi memacu pertumbuhan ekonomi dalam negeri,” katanya.

Adji menambahkan, perbankan siap mendukung langkah ekspansi bisnis UMKM tahun ini. Bank Sampoerna berkomitmen memberikan pinjaman pada UMKM secara langsung maupun tidak langsung melalui mitra perusahaan fintech, perusahaan multifinance, koperasi, perusahaan peer-to-peer lending dan institusi lainnya. "Bank Sampoerna berusaha memfasilitasi UMKM untuk dapat memasuki ekosistem pembayaran digital," kata dia



Sumber: ANTARA

Saksikan live streaming program-program BTV di sini


Bagikan

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

1034544
1034542
1034543
1034492
1034541
1034510
1034540
1034539
1034538
1034537
Loading..
Terpopuler Text

Foto Update Icon