Jelang Kekeringan Parah, BMKG: Modifikasi Cuaca Pindahkan Hujan ke Waduk

Jakarta, Beritasatu.com - Kekeringan parah diprediksi bakal terjadi pada semester II 2023 di wilayah Indonesia. Salah satu upaya mengantisipasi dampak buruknya adalah dengan modifikasi cuaca.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati memberikan perhatian khusus pada modifikasi cuaca saat jumpa pers secara daring, Selasa (6/6/2023). Pasalnya, ada banyak kekeliruan pandang mengenai modifikasi cuaca.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, musim kemarau sudah mulai masuk 60-70 persen, ditandai dengan masuknya angin dari arah timur serta berkurangnya pertumbuhan awan hujan di kawasan selatan terutama yang berbatasan dengan Australia, yakni Bali, NTT, NTB.
Untuk itu perlu adanya antisipasi dengan teknologi modifikasi cuaca. “Agar disegerakan (modifikasi cuaca) karena kita masih memiliki potensi awan hujan,” katanya.

Menyabung hal itu, Dwikorita menyampaikan ada beberapa pihak yang mengkhawatirkan bila teknologi ini dilakukan maka akan menyebabkan banjir.
“Pemahaman ini perlu diluruskan. Teknologi modifikasi hujan ini hanya bisa dilakukan kalau masih ada hujan yakni dengan cara mengontrol atau mengendalikan hujan agar bisa dijatuhkan di tempat yang jadi sasaran, misalnya di waduk atau bendungan,” katanya.
Dengan demikian hujan di arahkan untuk ditampung di waduk atau bendungan sebagai cadangan ketika kemarau atau saat kekeringan.
“Kalau menunggu (sampai kemarau tiba), dan modifikasi cuaca dilakukan ketika tidak ada hujan, itu tidak bisa. Sehingga mohon jangan menunda (dalam melakukan modifikasi cuaca). Kalau menunggu hujannya habis, maka tidak ada lagi modal dasarnya untuk dimodifikasi karena awan pun sudah tidak ada,” Dwikorita menjelaskan.
BMKG memprediksi kekeringan terjadi pada Juli-Oktober 2023. Musim kemarau 2023 ini bakal menimbulkan kekeringan setara tahun 2019 yang tergolong parah. Berbagai kemungkinan perlu diantisipasi termasuk potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menimbulkan kerugian triliunan rupiah.
Menurut Dwikorita Karnawati, pihaknya sudah menyebarluaskan informasi mengenai kondisi El Nino yang semakin menguat pada Maret 2023 lalu.
Prediksi terkait kemarau dan kekeringan juga sudah disampaikan pada Jumat (26/5/2023) pada National Climate User Forum, yakni forum diskusi bagi para pengguna informasi musim dan iklim di tingkat nasional.
Hadir pada acara tersebut para pengampu kepentingan seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Pangan Nasional, Bank Indonesia, serta perusahaan BUMN dan swasta.
Penyebarluasan informasi ini lebih cepat diharapkan akan ditindaklnjuti dengan langkah nyata dari kementerian dan lembaga terkait, termasuk dalam hal modifikasi cuaca.
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
Dituding Terima Rp 27 Miliar dalam Kasus BTS, Menpora Dito Ariotedjo Mengaku Telah Beri Klarifikasi
Pekanbaru Diselimuti Kabut Asap, Jadwal Penerbangan Alami Keterlambatan
Mahfud Janji Turun Tangan jika Aparat Kesulitan Usut Kasus Menteri Pertanian SYL
Relawan Terus Perkuat Dukungan bagi Ganjar Pranowo di Jawa Timur
1
B-FILES


ASEAN di Tengah Pemburuan Semikonduktor Global
Lili Yan Ing
Perlukah Presiden/Kepala Negara Dihormati?
Guntur Soekarno
Urgensi Mitigasi Risiko Penyelenggara Pemilu 2024
Zaenal Abidin